Tidak berhenti disitu, solusi masalah sebagai jawaban atas temuan permasalahan hanya dapat berubah melalui pendekatan imajinasi kreatif.
Newton, melihat masalah apel jatuh sebagai bagian dari kerangka besar sistem tatasurya yang saling berinteraksi dan mempertahankan posisi masing-masing, lalu teori gravitasi mengemuka.
Meski tidak mekanistik, alur kerja pengetahuan dimulai dengan abnormalitas, disertai timbulnya krisis menuju terbentuknya revolusi sebagai ilmu normal baru ala Thomas Kun.
Lebih mendasar, perlu pemaksimalan kemampuan menggunakan indera, sebagai sarana mencapai permasalahan, termasuk penglihatan lantas pendengaran dalam memahamkan situasi dan kondisi masalah yang terjadi.
Setelah ilmu didapatkan, maka penggunaannya bergantung kembali kepada kita. Tentu sebaik-baiknya memberi manfaat bagi manusia lain.
Bisa saja berkebalikan, seperti Alfred Nobel yang menemukan penggunaan dinamit. Dikemudian hari difungsikan sebagai alat bantu perang, yang justru bertentangan dengan azas kemanusiaan. Meski Nobel mendonasikan seluruh kekayaan dirinya untuk penghargaan atas perdamaian yang bisa jadi tercerabut karena dinamit temuannya.
Manusia dibedakan berdasarkan kemampuannya melihat dan menghadapi masalah, jadi respon kita terhadap masalah adalah indikasi derajat keberadaan kita sebagai mahluk berpengetahuan!.