Kedua pastikan sumber berita yang didapat adalah sumber terpercaya. Aturan tentang pers online perlu diperketat oleh regulator.
Ketiga pastikan Anda menuntaskan sebuah berita hingga paragraf terakhir, bukan hanya sebatas judul. Karena korelasi judul dan isi mengindikasikan sebuah berita dapat dipercaya atau tidak.
Keempat bila sempat lakukan verifikasi berita yang diperoleh melalui portal serbatahu Google, atau cari perbedaan yang muncul dari sudut pandang lainnya.
Kelima beri waktu sejenak untuk mencerna informasi yang diterima, dengan menahan diri alias jempol untuk berkomentar, atau bahkan memberi tanda suka dan membagikannya.
Era digital membawa serta kecepatan dengan potensi tsunamiinformasi. Tanpa screening ketat informasi datang bak banjir bandang. Problemnya kerapkali tanpa proses konfirmasi kita tertelan dalam lautan emosional.
Hasil atas citra dalam realitas dunia maya yang tidak tampak itu, kemudian akan hadir menjadi realitas yang sejati, ketika kumpulan emosinya diletupkan didunia nyata, sebuah kondisi bahaya.
Salah satu perilaku yang berubah, diera pengangungan kecepatan adalah kesabaran. Pesan berantai tanpa saringan membawa serta bobot psikologis, dan viralitas bermakna penularan, membuat emosi kolektif publik terbentuk.
Siapa yang akan diuntungkan?
Pertama para pembuat berita bohong dan meme palsu yang mengharapkan kondisi keguncangan dalam kehidupan sosial, apalagi bila memang hal itu telah di order sebelumnya.
Kedua pemilik kepentingan atas hoaks, karena dengan demikian akan dukungan dalam bentuk respon massa yang terbentuk dipublik, atas stimulasi kebohongan yang dibuat.
Ketiga pemilik portal online yang menjadi lokasi posting kebohongan itu terjadi, karena semakin banyak akses publik akan meningkatkan ratingnya menjadi tinggi.