Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemampuan Bertanya dan Pangkal Dunia?

13 Maret 2018   08:29 Diperbarui: 13 Maret 2018   08:53 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malu bertanya sesat dijalan, pepatah ini ada sebelum adanya Garmin dan aplikasi Google maps. Tetapi demikian esensialnya pertanyaan, sehingga hal tersebut dianggap sebagai pangkal dunia. Setidaknya demikian kesimpulan buku kecil James E Ryan tentang "Wait, What?".

Sebenarnya, dalam ilmu manajemen, kemampuan melontarkan pertanyaan sama pentingnya dengan memastikan jawabanyang tepat. Hal ini tidak dapat dihindarkan, karena pertanyaan dan jawaban adalah sebuah kesinambungan. Tanya tanpa jawab dan jawab tanpa tanya adalah sebuah keganjilan.

Tulisan Dekan Harvard's Graduate School of Education ini seolah hendak menegaskan bahwa pertanyaan adalah bentuk stimulasi dari berpikir kritis, yang membutuhkan durasi waktu pendalaman bagi sebuah jawaban yang relevan dan kontekstual.

Pertanyaan sesungguhnya, adalah bagian dari hasil pengamatan atas masalah yang secara situasional terjadi.  Ketika kita melihat persoalan timbul dalam aktifitas keseharian, maka sebelum masuk kewilayah penyelsaian, faktor terpenting solusi adalah identifikasi persoalan.

Kemampuan mendefinisikan problematika yang muncul, ditindaklanjuti dengan penyusunan langkah-langkah konklusi. Karena itu, sejenak melakukan pengulangan pertanyaan sebelum merumuskan formulasi penyelesaian menjadi bagian penting.

Menarik jeda sebentar, sembari bertanya ulang tentang kondisi yang sedang berlangsung, merupakan metode berpikir kritis. Dalam rangkaian tanya dan jawab, maka dibutuhkan kemampuan untuk menetapkan persoalan prioritas, yang perlu diselesaikan secara terlebih dahulu.

Kapasitas sumberdaya yang dimiliki, untuk menyelesaikan seluruh persoalan kita terbillang terbatas, karena itu menjadi penting menetapkan permasalahan berdasarkan urgensinya. Bertanya ulang berarti tidak terburu-buru dalam menempatkan framing atas problem yang kita hadapi, termasuk tidak tergesa-gesa mengambil keputusan penyelesaian.

Berjarak, berarti memikirkan ulang semua potensi kemungkinan. Karena bisa jadi ada hal yang terlewatkan, sehingga belum utuh dalam melihat kompleksitas masalah. Tentu aspek penutup dari pertanyaan dan jawaban adalah melaksanakan rumusan penyelesaian, karena dengan begitu kita akan dapat melihat apakah formulasi jawaban sesuai dengan kebutuhan permasalahan.

Pada perspektif pertumbuhan serta pembelajaran berkelanjutan, hasil akhir dari implementasi solusi adalah terdapatnya evaluasi perbaikan. Penting untuk mendapatkan koreksi dalam kerangka pembenahan model penyelesaian dikemudian hari, agar kita menjadi lebih antisipatif atas potensi perulangan permasalahan.

Jadi, kemampuan bertanya selaras dengan keahlian membuat jawaban, serta melakukan eksekusi praktis bentuk jawabaan secara riil atas persoalan yang terjadi, termasuk pada upaya terbesar manusia mencari pangkal jawaban atas semua permasalahan didunia ini.

Semoga menjadi tambahan amunisi baru!.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun