Perkembangan pembangunan infrastruktur tengah terjadi, mimpi kemajuan sektor transportasi ditanah air membuncah. Akankah proyeksi ini mendorong secara seiring dunia transportasi umum kita?
Membaca buku Membela Angkutan Umum yang ditulis Eka S Lorena S, memberikan pemahaman tentang ragam transportasi umum diberbagai daerah. Mulai dari otokol Flores, Bajaj Jakarta hingga Bentor Siantar dan angkot di Padang, sungguh sebuah kekayaan transportasi lokal yang beradaptasi dengan budaya daerah.
Jaman yang berubah menghadirkan situasi baru. Digitalisasi melalui teknologi mengubah landskap transportasi umum. Model bisnis sharing economy, melalui fasilitasi pada sebuah aplikasi yang tertanam di gadget mengubah peta bisnis transpotasi. Lalu akan ke mana moda transportasi lokal yang sudah lebih dulu ada? Mengubah diri atau dipaksa untuk berubah?
Sebelumnya, moda oplet di Jakarta pernah berjasa menyusuri jalan-jalan di Ibukota. Sesuai jaman, tuntutan akan kenyamanan dan keramahan lingkungan menjadi standart.
Lantas bagaimana nasib moda transportasi lokal di masa depan? Berubah bentuk atau tetap mempertahankan diri dan berubah fungsi menjadi angkutan wisata semacam tuk-tuks di Thailand?
Percepatan arah pembangunan infrastruktur dan digitalisasi saat ini, adalah tantangan sekaligus peluang yang berbeda. Infrastruktur memungkinkan kemudahan akses dan mobilitas, serta berpotensi menumbuhkan permintaan akan kebutuhan kendaraan pribadi.
Sementara itu, digitalisasi transportasi di perkotaan mendorong peralihan dari transportasi umum, ke pilihan model transportasi lain. Di masa depan, khususnya didaerah Ibukota pilihan moda transportasi LRT dan MRT pun melengkapi TransJakarta dengan model Busway yang telah ada sebelumnya.
Budaya dan Anomali Transportasi
Salah satu upaya adalah mengubah mindset dalam mendorong penggunaan transportasi publik, adalah menyediakan tawaran yang memenuhi kebutuhan akan rasa aman serta nyaman.
Kemacetan yang terjadi selama ini, ternyata terbukti tidak merubah paradigma untuk mencoba transportasi umum, karena tiadanya kepastian akan aman dan nyaman tersebut.
Anomali terjadi, kita mengutuk kemacetan yang berkontribusi pada kehilangan waktu produktif dan menghabiskan subsidi bahan bakar, tetapi masih tetap menggunakan kendaraan pribadi saat bepergian.