Sebelumnya, kita sempat disuguhi berbagai macam meme tentang produk biskuit kaleng Khong Guan yang membuat terpingkal.
Aspek viralitas ditopang oleh dua hal utama, yakni konten yang menarik dan kumpulan buzzer yang mendorong viralitas itu terjadi.
Buzzer pun kini menjadi sebuah profesi baru, karena dapat dikomersialisasikan karena kebutuhan produk/ jasa yang membutuhkan penyebaran informasi secara terbuka dan setara dalam format dialogis.
Durasi Singkat Viralitas
Teknologi dan sosial media mendorong viralitas sebuah brand, bahkan dengan biaya yang lebih ekonomis karena aspek pembiayaannya lebih rendah dibandingkan mass media mainstream diarus utama.
Problemnya viralitas sesuai kondisi alamiahnya memang berdurasi singkat, karena pada saat yang bersamaan bermunculan viralitas baru lainnya secara silih berganti.
Pertanyaannya apakah dalam periode keterkenalan yang singkat tersebut, mampu mendorong sebuah merek untuk mendapatkan impak penjualan?.
Tentu saja jawabnya tidak, secara nyata kita melihat pada kasus artis orbitan sosial media hanya mampu bertahan sebentar dipanggung mainstream.
Demikian pula dengan berita yang dimulai dari viralitas didunia digital, mampu memiliki gaung yang lebih luas setelah direspon oleh media massa arus utama.
Karena itu, dapat dipastikan bila viralitas tidak akan mendongkrak banyak pada indikator penjualan langsung baik produk/ jasa, tetapi viralitas mampu membentuk awareness yang berpotensi menciptakan ketertarikan lebih jauh.
Perlu adanya upaya yang lebih keras dari sekedar menciptakan viralitas, karena edukasi pasar yang berhasil tidak hanya menciptakan fase keterkenalan tetapi juga menyokong terjadinya penjualan.