Perlu Redesign! Setidaknya hal tersebut patut menjadi catatan bagi seluruh destinasi wisata alam di bumi nusantara. Pemerintah daerah memiliki kepentingan terbesar dalam mengupayakan optimalisasi potensi lokalnya.
Pun demikian bagi wisata bahari di Gili Trawangan-Lombok. Institusi pemerintah setempat mungkin telah memiliki perencanaan lebih jauh, tetapi perlu effort lebih besar untuk memperbesar kapasitas wisata didaerah tersebut.
Sebagai penikmat wisata domestik, maka lokasi Gili Trawangan sebagai bagian dari gugus pulau yang menjadi bagian Nusa Tenggara Barat ini memang menarik. Pulau yang relatif kecil ini menawarkan pemandangan alam nan mempesona, dengan bentang garis pantai sepanjang garis pulau, sungguh menenteramkan hati.
Melihat keramaian wisatawan, khususnya para pelancong dari mancanegara maka kriteria penilaian atas promosi pemasaran wisata Gili Trawangan telah dapat dikategorikan berhasil. Berbagai homestay dan lokasi toko cinderamata menghiasi pulau yang hanya 10 menit ditempuh menggunakan speed boat dari pulau utama NTB.
Merujuk perkembangan wisata yang terjadi, khususnya water sport tourism seperti snorkling dan diving, serta menikmati sunset maupun sunrise adalah expected point yang harus terus dieksplorasi. Ketentuan tidak diperkenankan kendaraan bermotor di pulau tersebut merupakan sebuah keputusan yang tepat, menghindari efek polusi atas udara dan lingkungan sekitar.
Problem yang harus diperhatikan adalah insfrastruktur!. Bersepeda atau menggunakan cidomo (-delman) di Gili Trawangan harus dikonsepsikan secara nyaman bagi para turis. Perbaikan dermaga penghubung, dapat menjadi tampilan awal untuk menarik impresi menciptakan efek WOW. Kemampuan untuk mendekorasi lokasi penyambutan tamu, berdasarkan kekayaan lokal budaya sekitar dapat menjadi sebuah pembeda sekaligus faktor differensiasi.
Membentuk ketentuan aturan tata ruang, dengan menempatkan jalur jalan penghubung yang representatif bagi penikmat wisata, adalah dambaan yang diharapkan. Disamping itu perlu kejelian dari pengelola wisata dan pemerintah daerah dalam mengenali para tamu yang datang. Pengenalan tipikal customer dari para pewisata yang datang, tentunya dapat dilakukan untuk memudahkan dan mendapatkan insight pelanggan.
Era informasi digital telah meleverage lokasi yang tidak terlihat sebelumnya menjadi sebuah objek eksplorasi baru. Karakteristik wisatawan pun mengalami perubahan. Dunia sosial media menciptakan psikologi narsismedengan selfie maupun wefie. Para pelancong yang datang menghadapi keterbatasan budget hanya untuk mendapatkan pose terbaik guna di-uploaddilinimasa akun pribadi masing-masing.
Jadi, format wisata yang sesuai dengan tipikal serta karakter customer ini dapat menjadi sebuah strategi. Meski demikian, prasyarat utamanya dalam kerangka kultur maupun infrastuktur sebuah tempat wisata tidak dapat diabaikan. Terciptanya rasa aman, nyaman dan bersih, berbalas bonus ketertiban dan harga yang terjangkau.
Pusat informasi wisata, security wisata dan lifeguard pantai maupun petugas kebersihan keliling adalah mandatory. Potensi wisata yang optimal, tentu tidak hanya menjadi pilihan pada kurun waktu jangka pendek tetapi harus sustainable dalam waktu panjang.
Bentuk turunan praktis dan aplikatif sederhananya bisa berupa papan petunjuk arah, pembuatan peta wisata pulau, integrasi website promosi hingga membentuk kuisioner bagi evaluasi dan saran guna peningkatan pelayanan wisata disana. Derasnya arus kunjungan wisata tentu berkonsekuensi pada terjadinya penumbukan limbah rumah tangga. Pengelolaan sampah baik di pesisir pantai hingga ke berbagai lokasi hunian perlu ditata dengan baik. Menghindarkan terjadinya negative feedback atas kelemahan pengendalian sampah.
Lebih jauh lagi, sebagai sebuah usulan maka perlu dilakukan rembug bersama seluruh operator wisata untuk melakukan standarisasi pelayanan guna mengesankan keramahan dan sambutan hangat sebuah destinasi wisata.
Keseluruhan hal tersebut diharapkan akan membangun pola retensi kunjungan. Destinasi wisata yang prospektif adalah lokasi yang terus menerus dikembangkan untuk memberikan service excellent.Sehingga sebuah spot wisata tidak hanya menjadi nice to know place semata tetapi berwujud sebagai nice to remember best things.
Memori serta image positif adalah modalitas untuk membangun keberulangan kunjungan. Jadi, menciptakan adiksi adalah sebuah hal yang baik disektor pariwisata. Pada posisi yang puncak, keseluruhan kekuatan wisata di Gili Trawangan harus dapat dikemas menjadi sebuah konsep branding yang sesuai. Khususnya dalam membangun ekspektasi akan impian liburan pantai nan menyenangkan, sekaligus menepati komitmen untuk menjadi lokasi pilihan wisata yang terkenang dihati para pengunjungnya.
Puzzle wisata Gili Trawangan harus disusun ulang untuk menciptakan nilai tambah ekonomi pariwisata dilokasi itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H