Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Peminatan Ilmu Sains-Teknik Timpang? Perlu Sinergi Stimulasi

6 Februari 2017   13:59 Diperbarui: 7 Februari 2017   22:45 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya ada beberapa tahap yang dapat dilakukan Departemen Pendidikan Tinggi dalam mendorong peminatan ilmu sains-teknik menjadi sebuah arus utama atau minimal setara dari ilmu sosial-humaniora. 

Pertama: insentif pendidikan sains-teknik. Ilmu di bidang ini jauh lebih mahal karena mengakseptasi biaya praktek, dan peran pemerintah adalah memfasilitasi pembiayaan pelatihan yang mendorong kompetensi.

Kedua: menciptakan inkubator bisnis sains-teknik yang berpusat di perguruan tinggi, sebagai cikal bakal dari pengembangan industri dalam lingkup dan skala mikro, yang akan dapat menjadi model industri di tingkat nasional nantinya.

Ketiga: memberikan ruang terbuka aplikasi bisnis di bidang sains-teknik guna mendukung pembangunan kembali era industrialisasi, yang sempat padam ketika krisis moneter terjadi. Kita tidak pernah menjadi bangsa produsen sehingga kuantitas sumber daya manusia dihitung sebagai market potensial menjadi target konsumen semata. Peran swasta nasional perlu dilibatkan.

Keempat: skema link and match perlu disusun dalam grand design pembangunan daya kompetisi bangsa ini dikancah dunia. Di era globalisasi, di mana suatu negara akan saling terhubung dengan negara lain, kita perlu memastikan dasar kekuatan bersaing kita. Pendidikan dan industri adalah penggerak roda yang harus mendapatkan dukungan pemerintah dalam menguatkannya.

Apakah dengan demikian, berarti ilmu sosial-humaniora menjadi tidak berarti dibandingkan dengan sains-teknik? Tentu saja tidak, karena dalam sendi pembangunan berbangsa kita tetap membutuhkan para ahli sosial-humaniora, bahkan pada fase produksi perlu ada tahap administrasi hingga distribusi.

Sebaiknya data yang telah terhimpun tersebut dalam Forum Rektor Indonesia menjadi acuan dalam pembangunan pendidikan tinggi kita, yang seharusnya dapat bersinergi dengan dunia kerja secara bersesuaian. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun