Terlebih, karena berbagai asumsi RAPBN 2016 masih memberikan ilustrasi kondisi ekonomi yang belum cerah seperti yang dibayangkan. Lihat saja beberapa variabel utama dalam RAPBN 2016, angka pertumbuhan ekonomi dipatok 5.5% dengan target inflasi 4.7%, serta nilai tukar U$ diangka fundamental Rp13.400 serta defisit anggaran sebesar Rp273,2 triliun dari  total pendapatan negara Rp 1.848,1 triliun, berbanding total belanja negara yang Rp 2.121,3 triliun.
Bila kondisi asumsi RAPBN 2016 sudah sedemikian jelas memberikan gambaran tentang kondisi ketidakpastian ekonomi ditahun depan, maka harus dapat dipastikan tidak terdapat anggaran siluman yang menjadi titipan kepentingan tertentu, karena fokus kita adalah menegakkan komitmen penguatan ekonomi untuk menghantarkan rakyat ke depan pintu gerbang kemakmuran dan kesejahteraan dibanding terombang-ambing dalam kericuhan dunia politik.
Nampaknya kita perlu meredefinisikan kembali kemana arah tujuan kehidupan bernegara ke depan, agar ranah politik dan tataran ekonomi bersifat saling menguatkan dan bukan saling melemahkan. Pilih saja, Singapura atau Kongo? Meski mungkin ada perbedaan ditingkat lokal Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H