Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money

Puasa dan Inflasi dalam Korelasi

2 Juli 2015   13:46 Diperbarui: 2 Juli 2015   13:46 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bila sudah masuk periode penghujung mendekati akhir Ramadhan, maka hal yang selalu menjadi trending topic secara periodik adalah persoalan kenaikan harga bahan pokok. Laju dari progresifitas harga kebutuhan dasar kerap tidak terkendali.

Namun kita kerapkali pula seolah demensia, dan memaklumi kondisi ini, karena insentif THR juga datang pada saat yang bersamaan. Jadi jangankan berpikir tentang penghematan, seluruh sumberdaya finansial yang dimiliki kerap kali habis untuk kebutuhan konsumsi langsung.

Paham dengan kondisi psikologi pasar, maka spekulan dituding pula bermain diantara mata rantai pasokan. Harga produk menjadi melambung dengan konsepsi bahwa, besaran persediaan akan lebih kecil dibandingkan dengan permintaan. Hal ini disebabkan, pada hari kemenangan diakhir bulan Ramadhan akan diisi dengan keceriaan serta kegembiraan, sejenak melupakan semua persoalan, hal ini jadi kunci utamanya.

Padahal, selama sebulan lamanya, umat muslim yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia, dilatih berpuasa untuk bersabar, tidak menggunakan hawa nafsu karena perintah Sang Khalik. Lalu, ketika bulan suci itu pun berlalu, kita mendadak kembali sulit mengendalikan semuanya.

Arus mudik, pola makan lebaran dan segala hal yang berkaitan dengan perayaan hari lebaran, bila tidak dikelola dengan baik, tentu menimbulkan inflasi secara ekonomi. Kebahagiaan tentu menjadi sebuah bagian, tetapi memberi makna keimanan pada hari raya adalah sifat keutamaan. Pada titik tersebut semua pihak berperan, termasuk pemerintah.

Pengendalian dan Keterkendalian

Pemerintah sebagai otoritas pengelolaan memang harus memiliki grand design dalam menjawab persoalan berulang. Pengaturan tata niaga, pemberlakuan operasi pasar, hingga menunjuk lembaga semisal Bulog untuk menjadi entitas penyangga dari pengendalian harga bahan pokok secara langsung.

Bila demikian, maka aturan pendukung dalam masa temporer harus dibuat. Lebih jauh lagi, penertiban saluran distribusi dari aspek supply -penawaran dilakukan dengan baik menggunakan instrumen pemerintah yang memang berkompeten dalam format distribusi logistik nasional.

Sedangkan pada aspek permintaan, maka ini menjadi bagian kesadaran dari seluruh penduduk. Memetik hikmah bulan puasa, berlaku sederhana tanpa sikap berlebihan adalah kebaikan, karena tuntutan dalam bulan Ramadhan adalah menjadi mahluk yang semakin bertakwa dan beriman.

Over consume membangkitkan inflasi, dampaknya terjadi secara agregatif, sebaiknya dihindari, direduksi dan dikendalikan melalui pengendalian hawa nafsu. Meski pada saat yang bersamaan arus mudik, belanja Ramadhan pun membangkitkan gairah ekonomi, tetapi impaknya bila tidak terkendali dapat menjadi kendala pasca Ramadhan.

Jadi, inflasi terkendali, dilakukan pengendalian oleh pemerintah, didukung dengan kendali diri, agar tidak berubah menjadi kendala bencana. Toh lebaran dapat tetap dilaksanakan, meski tanpa suara petasan, sandang pakaian baru atau bahkan lauk mewah yang terhidang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun