Teknologi sekali lagi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perubahan. Termasuk diranah pemasaran. Perkembangan teknologi dengan semakin meluasnya akses internet, merubah skema pola konsumsi dalam keputusan pembelian. Sesuai dengan lansiran marketeers.com 1) maka diperoleh pemahaman bahwa pengaruh pengambilan keputusan pembelian bergantung beberapa faktor.
Diantaranya, dalam hal ini adalah Own (past expirience) secara individual. Setelah itu Others berdasarkan informasi yang diperoleh melalui online maupun offline. Sedangkan bagian terakhir disebut sebagai Outer adalah pengaruh yang tercipta dari aktifitas peasaran oleh brand dalam berbagai bentuk semisal discount, gimmick maupun rilis produk baru.
Pada setiap jenis industri, dampak dari pengaruh pembelin sangat bervariasi. Namun secara keseluruhan, maka bauran aktifitas dari keputusan pembelian akan sangat bergantung dari bagaimana paparan informasi itu dilakukan dan mengena pada segmen sasaran yang dituju. Dengan demikian, maka kerangka penguatan pemasaran dimasa mendatang harus mampu merangkum secara keseluruhan.
Era Social Media sebagai Referensi
Ketika dunia modern semakin terkoneksi melalui sambungan internet. Maka informasi membanjiri konsumen dengan sangat terbuka. Kapan saja dan dimana saja informasi dibutuhkan, maka melalui sebuah smartphone semuanya akan tampak terbaca. Bila demikian bagaimana sejatinya perilaku konsumen saat ini?
Sesuai hasil evaluasi Google dalam Bisnis.com 2) maka konsumen akan terlebih dahulu melakukan pencarian didunia maya untuk kemudian menentukan pilihan pembelian. Dari insight yang diperoleh Google secara spesifik, diketahui bahwa 1 dari 4 pembeli memutuskan untuk melakukan pembelian setelah mendapatkan cukup informasi yang signifikan di social media. Hal ini tentu menarik, melihat dampak social media dalam keputusan pembelian, bayangkan 25% berdampak.
Hal ini tentu berkaitan dengan terciptanya “user generated content”. Ketika percakapan di social media atas suatu brand terjadi, maka kondisi ini diasumsikan sebagai overview product secara tulus dari end user yang kemudian men-share hal tersebut melalui proses upload informasi. Secara langsung, social media memberi dampak secara eksponensial dalam paparan pengaruh pembelian.
Situasi ini dapat dimengerti, termasuk melihat kecenderungan brand yang kemudian seolah berlomba untuk hadir di social media. Trend ini memastikan bahwa efek peningkatan brand awareness pada social media terjadi secara positif. Berdasarkan evaluasi marketing 3) maka social media memberikan pengaruh pada pengakuan merek, pembentukan komunitas, termasuk memberikan paparan berulang.
Mengikuti arus utama social media, maka Facebook adalah tools yang paling banyak dipergunakan oleh konsumen saat ini. Sesuai hasil riset yang dilakukan TNS insight dalam swa 4), maka 65% dari 1.002 responden mempergunakan Facebook ditempat tidur, dimana 39% memakai untuk mencari informasi dari keseharian dan 24% untuk meminta rekomendasi.
Kesadaran akan merek -brand awareness akan dapat terbentuk di social media. Namun hal tersebut perlu dipastikan dalam komitmen yang konsisten, agar brand image bisa terus memberikan impak sinergis bagi product tersebut. Membangun ketertarikan konsumen, dapat dilakukan dengan membentuk kemasan yang persuasif dan panduan yang eye catching sebagai word of mouth modern.
Strategi di Social Media?
Lalu bagaimana memperlakukan social media bagi sebuah brand? Tentu diperlukan sebuah strategi khusus yang terarah sesuai dengan terget sementasi sasaran. Disamping itu, brand harus mampu membaca dengan tepat bahwa terjadi perkembangan yang luar biasa dalam asplikasi social media yang memiliki masing-masing end user yang saling beririsan.
Bahwa pemasaran diranah social media akan berlangsung secara presisi, bila kemudian dilakukan dengan menggunakan skema multichannel. Facebook, twitter dan youtube dapat menjadi sarana yang membangun keterhubungan produsen dan konsumen secara berkelanjutan. Termasuk memberdayakan pola pemasaran konvensional non social media, sebagai pelengkap efektif bagi kerangka pemasaran.
Bila kemudian mengacu pada review di swa 5) kehadiran social media hendaknya menciptakan terbentuknya keterlibatan dan interaksi yang langgeng,. Hal ini dikenal sebagai engagement, yang memiliki makna bahwa pelanggan atau stakeholder menjadi peserta, bukan sekadar pemirsa. Dengan demikian, pelanggan akan memberikan waktu dan energinya untuk berbicara mengenai brand Anda.
Dititik inilah, social media memiliki dampak secara strategis, yakni (1) dapat menentukan pelanggan loyal dan pengguna kunci yang berpengaruh, serta (2) memberikan dampak penyampaian pesan secepat virus. Ketika hal itu terjadi, maka akan dapat terbentuk sebuah strategi, untuk mendayagunakan pelanggan yang akan bertindak sebagai pemasar, kepada calon pelanggan lain secara efektif tentunya.
Pencermatan terhadap pelanggan, termasuk didunia maya melalui social media, hendaknya dilakukan dengan sangat berhati-hati, terlebih karena kesadaran akan dampak penyebaran informasi secara viral. Keberadaan engagement sebelumnya, tentu harus dapat dikenali, sebagai bagian dari customer advocacy yang akan berujung pada pemberian referensi merek kepada pelanggan lain.
Oleh sebab itu, didomain social media, brand sebagaimana swa 6) harus being human. Membangun upaya yang menyentuh pada terbentuknya loyalty customer, lebih dari sekedar kalkulasi repeat purchase ataupun retention pelanggan, karena kondisi ini telah menjadi realitas baru pelanggan saat ini.
Tentu tidak mudah melakukan kalkulasi engagement tersebut. Ukuran kuantitatif sulit untuk dikonversi secara nominal. Terlebih dalam kaitan langsung dengan ukuran penjualan. Meski demikian, sesungguhnya relasi antara pengelolaan social media dan pemasaran brand, dapat dilihat melalui berbagai macam metrik yang bisa dipergunakan sebagai alat ukur, serta ada hal lain yang perlu dilihat.
Apa itu? Bahwa social media adalah alat promosi pemasaran, menjadi tools yang membangun ketertarikan, mendorong kesadaran dan keterlibatan. Hal ini harus mampu dikonversi, dalam bentuk penjualan, setelah ketertarikan pelanggan itu di-follow up, oleh tim pemasaran. Berdasarkan mix 7) maka strategi yang dapat diterapkan di social media adalah (1) menetapkan konten yang berdampak pada penguatan brand, termasuk didalamnya memetakan pelanggan. Disamping itu, (2) mendorong terciptanya kunjungan crowd and traffic pada website, ketika kondisi ini telah tersedia maka stimulasi penjualan dilakukan dengan menemukan customer potensial.
Maka, formulasikan segera strategi social media brand Anda.
Daftar referensi:
http://marketeers.com/article/siapa-sih-yang-mempengaruhi-anda-untuk-membeli.html
http://www.marketing.co.id/social-media-business-sudah-siapkah-anda/
http://swa.co.id/business-research/tns-insight-facebook-media-efektif-dalam-word-of-mouth
http://swa.co.id/business-strategy/bila-sendirian-media-sosial-tak-berdaya
http://swa.co.id/business-strategy/marketing/brand-harus-jadi-manusia-di-media-sosial
http://mix.co.id/headline/mengevaluasi-efektivitas-social-media-engagement/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H