Silahkan dicek bahkan di Kompasiana pun ada Metropolehosp yang jadi corong Metropole Hospital, meski terbuka, harus diverifikasi apakah informasi yang dinyatakan tersebut valid? #gimana nih min?
Jagat layanan kesehatan kembali dikejutkan dengan kasus Metropole Hospital, yang menjadi sarana praktek tenaga kesehatan/ dokter asing di Indonesia.
Problemnya, tipikal dan serupa dengan apa yang dulu pernah terjadi pada Klinik TongFang, dan hal ini kerap kali terjadi.
Hal yang nampak nyata adalah metode menjaring konsumen yang dilakukan pun hampir sama, menggunakan media massa.
Dengan demikian, jangkauan informasi yang disebarkan melalui perangkat instrumen tersebut akan dipaparkan ke audiens secara massif.
Bedanya hanya dipersoalkan bahwa Klinik TongFang memakai media layar kaca sebagai sarana promosi langsung, menggunakan metode testimonial yang fiktif.
Pada masa dimana Klinik TongFang berjaya, blocking iklan televisi hampir tidak pernah sepi, bahkan sehari bisa 3x re-run dilayar kaca, dan itu setimpal dengan apa yang diperoleh dalam jumlah pasien.
Meski tidak murah, toh nyatanya pelayanan Klinik TongFang laris manis Tanjung Kimpul. Baru setelah kasak-kusuk disejumlah media massa, baru Dinas terkait melakukan penertiban, padahal iklan Klinik TongFang riwayatnya sudah berlangsung lama.
Kini sebangun dengan Klinik TongFang, muncul Metropole Hospital yang menggunakan metode online promotion dengan jejaring dunia maya untuk melakukan promosi layanan.
Bekas hotel yang disulap jadi rumah sakit ini pun menyedot banyak perhatian bahkan kunjungan pasien, termasuk mendapatkan keuntungan dari kondisi tersebut tentunya.
Jejak pada dunia digital bisa dilihat secara berturut: www.metropolehospital.com, www.klinikmetropole.com, www.penyakitkelamin.org, www.ginekologi.org, www.wasirhospital.com, www.andrologihospital.com dan berbagai situs dengan bentuk wordpress maupun blogspot, kita tentu bisa terperanjat melihat jumlahnya, dan kesemuanya saling terhubung.