Inspirasi bisnis bisa datang darimana saja dan kapan saja, kemampuan untuk jeli melihat peluang serta cermat dalam membaca pasar, termasuk mampu mengaktualisasikan ide tersebut menjadi sebuah bisnis riil adalah sebuah keahlian lain yang menuntut hadirnya jiwa kewirausahaan.
Tidak sedikit yang gagal dalam merealisasikan ide, tetapi banyak pula yang berkesinambungan menjadi sebuah usaha berkonsep unik. Begitu pula dengan Matoa Watch, produk jam kayu yang khas ini memang menawarkan bentuk baru dalam memakai jam tangan konvensional.
Berbahan dasar kayu, jam ini asli buatan tangan anak Indonesia, yang kemudian melihat peluang dengan terlebih dahulu mendapatkan pengalaman dengan jam tangan kayu dinegeri Paman Sam yang dipatok dengan harga Rp1.8juta, padahal bahan dasar yang dipergunakan didapatkan dari Indonesia.
Kegelisahan itu kemudian bak gayung bersambut, dimanifestasikan dalam bentuk rencana bisnis dengan berbagai cerita trial and error. Satu yang pasti, Lucky D Aria, selaku pemilik Brand Matoa Watch kini telah mampu mengangkat merek lokal menembus pasar mancanegara.
Bahkan kreatifitas yang dipergunakan lebih jauh lagi, mempergunakan limbah kayu bekas sebagai bahan baku, menjadikan jam tangan kayu ini sebagai produk yang memiliki kesadaran lingkungan, dengan kategori green product, sekaligus menjadi solusi yang bernilai tambah bagi limbah kayu.
Bermula pada tahun 2012, keresahan mengenai bentuk dan produksi jam kayu melanda Lucky, sebagai anak muda yang suka bereksplorasi maka Matoa Watch baru bisa dinikmati pada 2013 melalui serangkaian percobaan guna memastikan produk itu memiliki layak produksi dan bernilai jual.
Menyandang nama Matoa, maka filosofi dasar produk ini nantinya, diharapkan akan sama seperti pohon eksotik khas pedalaman Papua yang besar dan tinggi tersebut. Kini setidaknya sudah ada tujuh jenis produk jam yang diproduksi dengan nama daerah di Indonesia seperti: Flores, Rote, Karo, Gili dll.
Sehingga produk ini menjadi menarik, sekaligus membantu promosi Indonesia dimata dunia, secara langsung bahkan mencoba melakukan efek flag co-branding, yakni produk hand-made ini asli Indonesia dari bahan yang juga menjadi kekayaan alam dan tradisi nusantara.
Menjaring Peminat
Setelah memiliki kapasitas dalam produksi, maka tantangan dari Matoa Watch adalah membentuk pasar yang sesuai. Tagline yang dipergunakan adalah “Urban, Simplicity, Nature” hal ini menjadi sebuah kesadaran yang mendalam bagi Lucky, karena menurutnya -style is important, but having a style which creates culture is much more important.
Tentu tidak mudah menjalin pminat dari produk yang belum lazim ditanah air, edukasi dan pemahaman nilai ditambah dengan kreatifitas design memungkinkan hal itu terbentuk. Mengejar target market yang terbatas, dengan berbekal teknologi informasi melalui dunia maya menjadi andalan dari Matoa Watch.
Konsumen yang dibidik adalah penyuka jam kayu dengan rentang usia 20-35 tahun, dengan estimasi harga antara Rp890-980 ribu perunit. Kapasitas produksi Matoa Watch saat ini mencapai 300 unit perbulan dengan 30% produksi berorientasi ekspor mancanegara.
Terbilang negara seperti Jepang, Malaysia, Singapura dan Jerman telah menjadi pasar sasaran yang potensial. Berbahan baku kayu sonokeling dan maple, Matoa Watch bertekad untuk mengapresiasi kearifan alam melalui konservasi dengan penanaman pohon yang setara setiap penjualan 500 unit.
Pola pemasaran yang muda dan kreatif itu memang terlihat dengan menguatkan aspek penjualan online hampir sekitar 85% baik dengan website dan sosial media, sementara sisanya dilakukan secara offline. Kelas sosial market yang disasar A, B, B+ didapat dengan mengembangkan promosi word of mouth.
Edukasi yang dibangun pun diarahkan pada konsumen Generasi Y, yang mencoba memposisikan Matoa Watch sebagai Eco Watch yang bersifat etnik, meski tidak kehilangan tampilan sesuai lifestyle yang unik dan menarik dalam gaya yang chic dan exotic.
Pola produksi yang dipertahankan dalam kondisi yang terbatas, dengan proses produksi based on order membuat Matoa Watch efektif dalam kerangka pembuatan, sehingga dengan demikian Matoa Watch tetap berkonsentrasi dalam fokus peningkatan kualitas produk yang akan dinikmati pelanggannya.
Lompatan bagi Matoa Watch
Bagi product baru, ide kreatif serupa Matoa Watch jelas bukan tanpa peniru, dan oleh sebab itu bentuk hambatan kedepan yang akan dialami Matoa watch adalah membentuk dirinya secara spesifik yang berbeda dengan produk subtitusi dan setaranya yakni jam tangan berbasis karet dan stainless steel.
Hambatan masuk dari pendatang baru dibidang yang sama tidak terlalu spesifik, membuat Matoa Watch perlu mengantisipasi dengan perluasan produk, hal ini dapat dilakukan dengan penambahan jenis varian produk jam tangan yang dibuat, atau melakukan diversifikasi produk kayu terkait lain.
Bidikan sasaran yang ditujukan pada Gen Y dengan rentang usia spesifik 20-35 tahun pun perlu di-expand lebih luas melalui berbagai saluran komunikasi dan promosi, ketika produk ini akan dijadikan sebagai barang koleksi yang berharga, termasuk membentangkan pasar dalam dan luar negeri.
Harga yang kompetitif, dibandingkan mereka jam tangan konvesional, harus diimbangi dengan kualitas layanan yang diberikan, termasuk memastikan ketersediaan produk tersebut dipasar. Teknik yang tepat dapat mengatur kapasitas produksi dengan pemunculan varian produk baru akan dapat membangun keterikatan dan ketertarikan lebih jauh peminat Matoa Watch.
Catatan penting yang harus menjadi kepentingan strategis Matoa Watch adalah membangun pola komunikasi interaktif dan dialogis perlu dibangun untuk membentuk lapisan konsumen loyal yang akan membantu proses promosi dengan aspek testimonial melalui mekanisme refferal atas word of mouth pengguna Matoa Watch yang terpuaskan kepada audiens yang meluas. Karena perpaduan Style and Culture akan menjadi sebuah efek yang menarik, ketika kesadaran itu dapat dibangun secara nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H