Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Reformasi Ekonomi: Format Kerja Keras dan Kerja Cerdas

17 Oktober 2014   18:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:40 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

every penny you saved, so every penny you earn” -Sam Walton

Dalam kondisi dimana pemerintah baru memiliki kepercayan yang besar, bahkan majalah Time menempatkan Jokowi sebagai Cover majalahnya dengan tulisan judul “A New Hope” maka harapan itu akan menjadi realita bila kinerja yang ditunjukan dalam performa pemerintahan mendatang sesuai dengan ekspektasi yang dilabuhkan kepadanya.

Beban moral yang besar bagi pemerintahan baru adalah gantungan kepercayaan publik, serta berbagai janji kampanye pada berbagai kegiatan selama mas akampanye politik sebelumnya, tentu saja sebagian dari kita masih mencatat platform ekonomi yang ditawarkan melalui konsepsi Trisakti oleh pasangan pemerintahan terpilih.

Tentu saja, tidak akan mudah apa yang akan menjadi beban tugas tersebut, jelas tidak seperti membalik tangan menjadikan kondisi ekonomi Indonesia seperti katakanlah Amerika atau Singapura, karena diperlukan berbagai hal yang perlu mendapatkan breakthrough dari pemerintahan terpilih dalam mengimplementasikan komitmen ekonominya.

Perbaikan aparatur birokrasi, kmudahan perijinan, sinergi yang mendukung antara kebutuhan pengembangan industri dan ekonomi kreatif dengan instrumen kebijakan yang dibuat tentu menjadi bahagian kecil dalam kepentingan menciptakan akar fundamental pembangunan yang dapat dieskalasi secara terus menerus setiap tahun dimasa mendatang.

Be Different: Pembaharu

Logika yang berbeda, kreatif dan out of the box harus dibuat menjadi sebuah alternatif cara dalam memandang masalah yang dihadapi oleh pemerintahan baru, tengok saja rasio pajak sebagai sektor penerimaan negara yang masih diangka 12% dan tidak pernah beranjak lebih jauh, maka kebijakan yang dibangun jangan sekedar meningkatkan pendapatan pajak dengan pembebanan pada sektor kecil menengah -UKM, tetapi pada optimalisasi industri besar dalam berbagai bidang yang masih belum optimal, seperti perkebunan, kehutanan, pertambangan maupun perminyakan.

Disisi yang bersamaan, dipos pembelanjaan pemerintah dalam penggunaan anggaran, maka efisiensi dan efektifitas perlu menjadi perhatian khusus. Hal ini agar menjadi pembangun kepercayaan publik bahwa pemanfaatan anggaran yang tersedia tidak dilakukan secara serampangan yang berujung pada disalokasi pemakaian yang tidak sejalan dengan kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Bahkan jika memang bisa, serupiah sekalipun harus dapat dipertanggungjawabkan. Tidak boros dan menghamburkan anggaran untuk aktifitas yang sekunder, membuat pemerintahan mendatang harus memiliki fokus dan prioritas yang tepat dalam memandang persoalan yang bersifat urgent dan mendesak, tentu hal tersebut dalam orientasi kepentingan penguatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Gerak birokrasi dituntut untuk bekerja secepat mungkin, karena akselerasi yang terbaik dalam upaya perbaikan ekonomi domestik hanya dapat terjadi bila aparatur pemerintahan sigap dan berlari sekencang mungkin dalam memberikan dukungan baik berupa kebijakan maupun aturan serta perijinan yang diperlukan dalam menumbuhkan kekuatan industri dalam segala level mulai dari kecil, menengah hingga besar disemua sektor.

Harus diakui bila belahan benua Asia kini telah menjadi magnitude baru dari penggerak perekonomian dunia setalah Amerika dan Eropa, kekuatan industri Jepang, Korea dan kapasitas yang besar termasuk China, India dan Indonesia merupakan sebuah strong point yang menjadikannya patut diperhitungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun