Mohon tunggu...
Yudhi Hendro
Yudhi Hendro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang suami dan ayah dari empat orang anak. Bekerja di salah satu perusahaan swasta di Kalimantan. Mengelola blog pribadi : yudhihendros@wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Speedboat, Transportasi Sungai yang Kian Terdesak

4 Oktober 2012   09:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dok. yudhi hendro

Meski hanya sekitar 30 menit, rasanya seperti bermimpi bisa naik speedboat lagi di sungai Melawi. Sensasi yang sudah dua tahun tidak saya alami. Berdiri menghentakkan kaki ke lantai speedboat ketika start, berteriak ketika terhempas gelombang saat berpapasan dengan speedboat lain dan bising mendengar suara mesin di belakang adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Setelah beberapa ruas kondisi jalan di kabupaten Melawi diperbaiki, lebih banyak mobil angkutan penumpang maupun barang yang melayani rute Nanga Pinoh ke desa-desa di pedalaman. Tak terkecuali rute perjalanan dari ibukota kabupaten tersebut hingga ke tempat kerja.

Memang tak jauh berbeda waktu tempuh mengunakan transportasi sungai dengan transportasi darat. Bila menggunakan speedboat, dari hilir ke hulu waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam. Jika menumpang mobil angkutan, perlu waktu sekitar 1 jam 15 menit. Taripnya pun juga sama, 50 ribu per orang. Jika ingin sewa atau carter, 350 ribu.

1349340932138775323
1349340932138775323
dok.yudhi hendro

Setelah sarana jalan tersedia, bila waktu tempuhnya tak jauh beda dan ongkosnya sama, kenapa penumpang lebih suka naik mobil daripada speedboat? Kepraktisan pada saat berangkat, selama di perjalanan hingga tiba di tempat tujuan yang jadi pertimbangan.

Bila naik speed, barang bawaan kita sangat terbatas, apalagi jika penumpangnya penuh. Kapasitas speedboat 40 PK adalah 6 orang termasuk motoris atau drivernya. Jika barang bawaan terlalu berat, speedboat tak akan bisa melayang waktu berada di atas permukaan air.

1349341104700857572
1349341104700857572
dok. yudhi hendro

Terkadang, penumpang juga harus membayar lebih untuk setiap barang tambahan yang dibawa. Belum lagi harus membayar porter yang mengangkat barang naik turun dari dermaga ke speedboat atau sebaliknya. Lumayan ongkosnya, sekitar 5 – 10 ribu.

Jika menggunakan mobil angkutan, penumpang langsung dijemput. Barang-barang bawaan pun dimuat lebih banyak dan diturunkan di dekat tempat parkir kendaraan.

Berkurangnya jumlah penumpang yang menggunakan transportasi sungai, menyebabkan pemilik speedboat menjualnya dan beralih profesi menjadi sopir mobil angkutan umum. Tidak mudah memang beradaptasi dari mengemudikan speedboat ke menyetir mobil. Harus latihan dulu. Sebagian warga yang lain menjual speedboatnya dan berwirausaha membuka warung.

Memang, perubahan tidak bisa dihindari, termasuk oleh para pemilik speedboat. Pembangunan sarana jalan, di satu sisi memperlancar transportasi dan membuka keterisoliran daerah. Namun di sisi lain, transportasi sungai yang selama bertahun-tahun menjadi urat nadi dan melayani masyarakat di daerah pedalaman, secara perlahan akan tersingkir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun