[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Peta Jakarta (Sumber: Kompas.com)"][/caption]
“Kalau hotel yang dekat stasiun Gambir itu apa saja ya, pak?” tanya seorang teman kerja. Dia meneruskan pertanyaan tamunya dari Jogja yang akan menginap di Jakarta. Padahal waktu itu kami berada di Pontianak. Terus saya buka aplikasi peta digital di smartphone dan cari kota Jakarta dan daerah Gambir.
Setelah itu saya pilih lagi menu fasilitas publik berupa hotel yang berada di sekitar stasiun Gambir. Munculah beberapa nama hotel lengkap dengan jaraknya yang dihitung dari Stasiun Gambir, mulai dari hotel yang terdekat hingga paling jauh.
“Nah, ini daftar hotel yang dekat stasiun Gambir. Sekarang tinggal pilih, mau menginap dimana?”saya balik tanya.
Setelah itu ada juga pertanyaan dari teman kerja dari bagian lain, “Gimana sih caranya kok bisa tau di peta itu ada tempat yang curam dan landai? Darimana membedakannya? Juga waktu buka internet kenapa di peta google maps ada daerah yang warnanya hijau, hitam dan merah? Apakah arti warna-warna itu?”
Dengan teknologi informasi yang berkembang, akses untuk mendapatkan peta saat ini boleh dibilang cukup mudah. Dengan PC atau laptop kita bisa buka google earth dan melihat peta dunia. Sewaktu di perjalanan, dengan gadget di tangan kita juga dapat membuka peta digital. Lengkap dengan semua atribut dan informasi suatu daerah. Berbeda dengan peta statis yang selama ini kita lihat dalam bentuk lembaran.
Dalam peta statis ada legenda yang berisi tanda atau simbol yang menggambarkan jalan raya, kota, bandara, sungai, rel kereta api, danau atau laut. Kondisi jalan pun masih dapat dibedakan lagi menjadi jalan negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten. Di peta statis pun kita bisa melihat batas negara, batas propinsi, maupun batas kabupaten.
Bagi yang sudah terbiasa membaca peta, menemukan suatu tempat di peta bukanlah hal yang sulit. Demikian juga mengartikan tanda atau simbol yang tercantum dalam legenda peta. Namun bagi sebagian orang, membaca dan memahami peta bisa jadi suatu hal yang nggak mudah. Meski pernah belajar ilmu geografi di sekolah belum menjamin seseorang bebas dari buta peta. Mulai dari membaca skala, menentukan satu kota berada di wilayah propinsi mana, atau menunjuk sebuah negara terletak di benua apa. Apalagi jika melihat warna-warna yang berbeda di peta digital.
Ada beberapa informasi dasar yang perlu diketahui saat kita membaca dan memahami sebuah peta, baik peta digital mauun peta statis.
1. Skala peta Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan jarak antara sebuah lokasi di peta dengan lokasi sebenarnya di lapangan.
Jadi kalau di peta tertera skala 1 : 100.000, artinya 1 cm di peta sama dengan 100.000 cm di lapangan. Prinsipnya adalah angka tersebut dalam satuan cm. Atau dengan kata lain 1 cm di peta = 1.000 m di lapangan. Satuan cm bila diubah menjadi m berarti angkanya harus dibagi 100.
Lebih mudah lagi diartikan jarak 1 cm di peta = jarak 1 km di lapangan. Satuan m diubah menjadi km berarti dibagi 1.000. Sama halnya dengan skala 1 : 25.000. berarti 1 cm = 25.000 cm di lapangan. Atau setelah diubah sama artinya dengan jarak 1 cm di peta sama dengan jarak 250 m di lapangan. Mudah kan?
2. Legenda peta Dalam peta statis, legenda peta biasanya dicantumkan di sebelah kanan. Setelah judul dan skala peta, urutan selanjutnya adalah legenda peta. Namun lokasi legenda ini tidak mesti di sebelah kanan, terkadang di sebelah kiri atau di bawah peta.
Dalam legenda peta tercantum kode atau simbol yang menggambarkan sebuah atau beberapa lokasi di dalam peta. Legenda untuk setiap peta ini berbeda tergantung pada wilayah yang ingin ditampilkan. Apakah wilayah sebuah negara, sebuah propinsi atau sebuah kabupaten.
Kode yang biasa terdapat dalam simbol peta Indonesia adalah batas negara, batas laut, batas propinsi, ibukota propinsi, laut, danau, sungai dan beberapa sumber kekayaan alam. Untuk legenda laut untuk membedakan tingkat kedalamannya biasanya ditandai dengan gradasi warna. Semakin gelap warnanya menandakan lautnya semakin dalam.
3. Koordinat peta Dalam peta digital dan statis setiap lokasi memiliki koordinat Lintang dan Bujur yang berbeda. Titik koordinat itu sekarang lebih dikenal dengan istilah Global Positioning System (GPS). Jadi tidak akan ada sebuah lokasi yang memiliki koordinat yang sama. Pada awalnya GPS dan peralatannya hanya digunakan di kalangan militer. Namun karena kegunaannya yang penting dalam menentukan keberadaan satu lokasi dan memandu seseorang untuk menuju ke tempat yang diinginkan, saat ini GPS sudah menjadi kebutuhan umum.
Bahkan aplikasi GPS ini juga menjadi bagian dari fitur yang terdapat dalam smartphone. Dengan gadget di tangan, kita sudah dapat melihat peta, menentukan koordinat suatu lokasi dan mencari fasilitas publik yang berada di sekitar lokasi tersebut.
Bila menentukan koordinat dalam peta statis agak sulit dibandingkan peta digital. Dalam peta statis kita harus menggunakan penggaris untuk membuat sebuah garis ke arah utara-selatan (garis bujur) dan barat-timur (garis lintang) hingga batas peta. Di bagian tepi peta biasanya sudah dicantumkan interval koordinat. Setelah itu kita hitung berapa koordinat lintang dan koordinat bujurnya.
Berbeda dengan peta digital. Bila kita arahkan pointer ke sebuah titik atau lokasi, maka otomatis pada bagian bawah akan muncul angka yang sudah menunjukkan titik koordinatnya. Setiap kita geser pointer angkanya akan berubah.
4. Warna-warna wilayah dalam peta Dalam google maps, biasanya kita lihat ada daerah yang berwarna hijau. Warna tersebut menggambarkan bahwa daerah tersebut adalah kawasan yang ditumbuhi vegetasi. Semakin gelap warna hijaunya berarti ukuran vegetasinya cenderung semakin besar. Misalnya warna hijau tua berarti di daerah tersebut ditumbuhi pohon, sementara yang berwarna hijau muda lebih banyak berupa semak belukar.
Untuk membedakan sungai dan jalan juga cukup mudah. Bila kita melihat obyek yang memanjang, bentuknya lurus, warnanya abu-abu dan cerah berarti jalan. Sementara obyek yang memanjang dan memiliki lekukan, berwarna hitam atau coklat tua berarti sungai.
Dalam google maps juga terkadang terlihat obyek berwarna putih seperti kapas tersebar di beberapa tempat. Itu adalah gambar atau foto kumpulan awan yang biasanya menutupi tampilan obyek di bawahnya.
Dalam google maps, lokasi pemukiman, pertokoan dan perkantoran serta bangunan lainnya biasanya ditandai dengan warna putih abu-abu. Apabila kita perbesar gambarnya maka warnanya akan semakin jelas dan bervariasi, mulai biru, merah bata, cyan yang semuanya itu diwakili oleh warna atap bangunannya.
Nah, kalau rumah kita berada di pemukiman padat dan ingin mudah dilacak di google maps, cat saja atapnya dengan warna ngejreng dan berbeda dengan warna atap bangunan di sekitarnya. Dijamin nggak susah mencarinya di peta. :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H