Mohon tunggu...
Yudhi DwiNofiyanto
Yudhi DwiNofiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar menulis

25 tahun financial freedom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nostalgia Zaman Majapahit di Pasar Papringan

28 April 2021   00:06 Diperbarui: 28 April 2021   00:21 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar merupakan tempat yang tak bisa lepas dari kehidupan manusia, setiap harinya ada berbagai kegiatan yang terjadi di pasar. Transaksi jual beli sudah hal yang lumrah terjadi di pasar. Namun apa jadinya jika sebuah pasar melakukan transaksi jual beli tidak menggunakan uang tunai? Nah kali ini ada sebuah pasar di Temanggung, Jawa Tengah yang tidak menggunakan uang rupiah sebagai transaksinya, melainkan menggunakan coin bambu.

Kali ini, aku mengajak kalian semua kembali ke masalampau, menuju peradaban yang dulu tidak pernah kita rasakan. Pasar Papringan wajib banget dikunjungi jika kalian ingin merasakan sensasi pasar tradisional. Disana, para penjual menggunakan pakaian adat jawa lurik seperti zaman-zaman Majapahit.

Pasar Papringan ini terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasar Papringan ini tidak seperti pasar pada umumnya, Pasar Papringan diadakan dibawah rindangnya pohon bambu dengan batu tertata rapi sebagai lantainya. Penjual disinipun menggunakan meja dari bambu, hal ini semakin menguatkan kesan sederhana dan alami. Kamu akan diajak bernostalgia layaknya berada di pasar zaman Majapahit.

instagram.com/pasarpapringan
instagram.com/pasarpapringan

Keunikan lain yang ada dipasar ini adalah, penggunaan koin bambu sebagai mata pertukaran yang sah, jadi uang rupiah yang kalian bawa tidak akan berlaku di pasar Papringan ini. Lalu bagaimana caranya bisa mendapatkan koin Bambu? Sebelum pintu masuk, disana sudah tersedia lapak untuk menukarkan uang rupiah anda dengan koin bambu. Terdapat berbagai macam nominal ditempat penukaran coin. Terdapat kelipatan Rp.2,000, Rp.20,000, Rp.50,000.Pasar Papringan ini menjual berbagai makanan zaman dulu yang sekarang sangat susah ditemukan, antara lain ada Twiul, Sego blacan, Sego Jagung, Mpis Mpis jantung gedang dan masih banyak lagi. Semua makananpun disajikan dengan wadah hasil alam. Menggunakan daun pisang, batok kelapa, anyaman bambu dan lainnya. Tak hanya makanan, di Pasar Papringan ini bisa kamu temui mainan zaman dahulu yang terbuat dari bambu, seperti Egrang, Otok-Otok, dan masih banyak yang lainnya. Selain menjual makanan dan mainan, Di Pasar Papringan inipun kalian bisa menemukan taman membaca gratis dan pertunjukan seni Jaran Kepang khas Temanggung, Jawa Tengah.

Bagaimana? Menarik bukan? Satu tempat bisa membawamu menjelajahi masa lalu dengan sangat epic. Makanan zaman dahulu, permainan zaman dahulu, vibes zaman dahulu. Pasar Papringan menjadi tempat yang wajib dikunjungi di abad 21 ini.

Namun satu hal yang mestinya kamu ingat, pengunjung yang akan datang ke Pasar Papringan harus melihat tanggal terlebih dahulu dikarenakan pasar Papringan ini tidak buka setiap hari. Perlu dicatat bahwasannya pasar papringan ini buka setiap Minggu Wage dan Minggu Pon atau bisa dikatakan setiap 35 hari. Pasar ini hanya buka 2 kali saja.

Tips untuk datang ke Pasar Papringan ini, kamu harus bangun pagi-pagi. Dikarenakan banyaknya wisatawan atau pengunjung yang datang kesini. Jangan sampai kamu sudah berada di Pasar Papringan tapi sudah tidak bisa beli apa-apa dikarenakan semua dagangan sudah ludes terjual habis.

Untuk masa Pandemi covid-19 ini, pasar Papringan belum ada info akan dibuka kapan lagi, maka dari itu, simpanlah agendamu berkunjung ke Pasar Papringan, dan datanglah ketika sudah buka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun