Mohon tunggu...
Yudha Yuliardi
Yudha Yuliardi Mohon Tunggu... Konsultan - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggali Nostalgia Melalui Kuliner Tradisional di Bulan Ramadhan

18 Februari 2023   12:00 Diperbarui: 18 Februari 2023   12:03 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjual Kuliner Tradisional di pinggiran Jalan Yogyakarta (Dok. pribadi)

Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Indonesia sudah mulai mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut bulan suci ini, termasuk persiapan untuk berbuka puasa. Salah satu persiapan yang paling dinantikan adalah mencari makanan takjil, makanan kecil yang biasanya dikonsumsi saat berbuka puasa. Meskipun ada banyak variasi makanan takjil modern, namun kuliner tradisional masih menjadi favorit bagi banyak orang.

Erna, yang setiap Ramadhan rutin berjualan takjil di Kampoeng Ramadhan Jogokaryan, mengatakan bahwa kolak merupakan salah satu takjil tradisional yang paling banyak dicari oleh pembeli selama bulan Ramadhan. "Kolak adalah makanan takjil yang paling disukai oleh orang Indonesia, karena rasanya yang manis dan menghangatkan," ujarnya. "Kami menjual berbagai jenis kolak, mulai dari kolak pisang, kolak ubi, hingga kolak kacang hijau. Semua rasanya enak dan segar."

Tak hanya kolak, soto juga menjadi takjil tradisional yang tidak boleh ketinggalan selama bulan Ramadhan. Edi Wahono, seorang penjual soto yang laris manis di Jalan Pramuka Yogyakarta, setiap menjelang buka puasa, mengatakan bahwa soto adalah hidangan yang lezat dan menghangatkan. "Soto sangat cocok untuk mengisi perut setelah berpuasa seharian. Kuahnya yang kental dan segar membuat kita merasa kenyang dan bersemangat kembali," ujarnya.

Namun, tidak semua penjual takjil mengandalkan kuliner tradisional sebagai andalan mereka. Ririn, seorang penjual es buah musiman, hanya membuka lapak selama bulan Ramadhan untuk menjual es buah. "Es buah adalah makanan takjil yang segar dan cocok untuk menghilangkan dahaga setelah berpuasa," ujarnya. "Meskipun saya hanya berjualan selama bulan Ramadhan, tapi setiap tahunnya tetap banyak pembeli yang datang ke lapak saya."

Salah satu pembeli takjil, Sinta, mengatakan bahwa ia senang berbelanja takjil selama bulan Ramadhan karena selalu ada variasi makanan yang berbeda. "Saya suka mencari makanan takjil yang baru dan unik setiap tahunnya. Selain itu, kuliner tradisional juga selalu menjadi favorit saya," ujarnya.

Menurut seorang ahli gizi, Dwi Susanto, kuliner tradisional selalu memiliki tempat khusus di hati masyarakat Indonesia, terutama selama bulan Ramadhan. "Kuliner tradisional selalu berhasil memberikan rasa khas dan kelezatan yang tak tertandingi," ujarnya. "Selain itu, makanan tradisional juga memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi, sehingga selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia."

Dalam era modern seperti sekarang ini, makanan tradisional seringkali terpinggirkan oleh makanan moderen yang viral dan mudah dijumpai. Namun, ada beberapa penjual takjil yang tetap mempertahankan tradisi dengan mempertahankan kuliner tradisional di menu mereka. Mereka berusaha untuk menjaga dan melestarikan cita rasa makanan khas daerah mereka yang telah turun-temurun dipraktikkan selama berabad-abad.

Menurut Erna, penjual takjil, meskipun saat ini ada banyak variasi makanan takjil modern yang bermunculan, namun permintaan untuk kuliner tradisional selalu tinggi. "Banyak pembeli yang datang ke lapak kami karena ingin mencicipi cita rasa makanan takjil yang dulu-dulu sering mereka makan di rumah atau di warung-warung kecil," katanya. "Ya, seperti kolak, lopis, gethuk, utri, dan lain-lain."

Sama seperti Erna, Edi juga mempertahankan soto sebagai andalan penjualannya, karena menurutnya, kuliner tradisional selalu memiliki penggemar setia. "Soto adalah salah satu makanan yang sangat akrab di lidah masyarakat Jogja, terutama ketika bulan Ramadhan tiba," ujarnya. "Selain itu, saya berusaha untuk menjaga kualitas bahan dan rasa soto agar tetap istimewa."

Namun, bagaimana dengan penjual es buah seperti Ririn yang hanya membuka lapak selama bulan Ramadhan? Meskipun hanya menjual es buah musiman, Ririn tetap memperhatikan kualitas dan khasiat dari es buah yang ia jual. "Saya selalu mencari bahan-bahan es buah yang segar dan berkualitas. Selain itu, saya juga memperhatikan nilai gizi dan khasiat dari buah-buah yang digunakan agar pembeli tidak hanya merasakan rasa enak tapi juga mendapatkan manfaat kesehatan dari es buah yang mereka beli," ujar mahasiswa jurusan Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta ini.

Menurut Dwi Susanto, sebagai ahli gizi, hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberlangsungan kuliner tradisional. "Para penjual takjil tradisional harus tetap memperhatikan kualitas bahan dan rasa makanan yang mereka jual agar bisa bersaing dengan kuliner modern. Mereka juga harus memperhatikan nilai gizi dan khasiat dari makanan yang mereka jual agar bisa menarik minat pembeli," katanya.

Sinta, salah satu pembeli takjil yang senang mencari kuliner tradisional selama bulan Ramadhan, mengatakan bahwa kuliner tradisional selalu memberikan sensasi kenangan dan nostalgia masa lalu. "Saya senang mencicipi makanan takjil yang mengingatkan saya pada masa kecil saya. Selain itu, makanan tradisional juga memberikan rasa kebanggaan akan warisan budaya dan kuliner Indonesia," katanya.

Sinta juga mengatakan bahwa ia selalu mencari lapak takjil tradisional ketika mencari makanan untuk berbuka puasa. "Saya suka mencari lapak takjil yang masih mempertahankan tradisi dengan menawarkan makanan khas daerah yang sulit dijumpai di tempat lain," ujarnya. "Tidak hanya itu, harga yang ditawarkan juga lebih terjangkau dibandingkan dengan takjil modern yang sedang viral."

Pendapat Sinta tentang kuliner tradisional juga didukung oleh Dwi Susanto. Menurutnya, selain melestarikan warisan budaya, kuliner tradisional juga memiliki kelebihan dalam hal kesehatan dibandingkan dengan makanan modern yang terlalu banyak mengandung bahan pengawet dan bahan kimia lainnya. "Kuliner tradisional terbuat dari bahan-bahan alami dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya. Oleh karena itu, makanan tradisional lebih sehat dan cocok untuk dikonsumsi oleh semua kalangan," katanya.

Namun, menurut Dwi, penjual takjil tradisional juga harus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. "Mereka harus menyesuaikan diri dengan tren kuliner yang sedang berkembang, seperti menyediakan layanan pemesanan online atau menambah variasi menu untuk memperluas pangsa pasar mereka," ujarnya.

Di era modern seperti sekarang, makanan tradisional memang seringkali terpinggirkan oleh makanan modern yang viral dan mudah dijumpai. Namun, seperti yang telah disampaikan oleh para penjual takjil dan pembeli takjil, kuliner tradisional tetap memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia. Penjual takjil tradisional juga berperan penting dalam menjaga keberlangsungan kuliner tradisional dengan mempertahankan kualitas rasa dan khasiat dari makanan yang mereka jual serta menyesuaikan diri dengan tren dan kebutuhan pasar yang berkembang.

Dengan demikian, kita dapat memahami bahwa melestarikan kuliner tradisional merupakan tanggung jawab bersama untuk menjaga keberlangsungan warisan budaya Indonesia. Masyarakat harus terus mendukung penjual takjil tradisional dengan cara mengunjungi lapak mereka, membeli makanan yang mereka jual, dan membantu mempromosikan kuliner tradisional kepada orang lain. Dengan begitu, kita bisa melestarikan kuliner tradisional untuk generasi selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun