Mohon tunggu...
Yudha Tito Saputra
Yudha Tito Saputra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

hitam, pekat, namun kadang terlalu kuat dalam jernihnya air… kerikil tajam, bukan timbunan kopi yang rapuh…

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kelabu

8 Desember 2012   23:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku bukan hamba dari kepastian…
bukan pula berjalan tuk waktu dan tawa…
pun, tercipta sebagai secercah ria…
aku bukan itu…

ketiadaan membuatku ada…
kanan dan kiri, persetan mereka…
derap hadirku bukan untukmu, terlebih mereka…
bisikku jauh untuk sekedar senyum…

persalahkan aku, injak dengan benarmu…
ikhlasku, samar dan tiada dalam sorotmu…
tamparan pembenaran atas nama hargamu…
sejak dahulu, cerita lalu…

dahulu kubiarkan peluhku sejenak tuk riangmu…
hati tak lagi kuhadirkan dalam akal…
tergores senyum, rampas suka ceria…
ambil lah, mungkin aku tak butuh…

tinggi tak sama rendah derajatmu…
saat telapak kakimu menghampiri keningku…
iba bukan panut tuk jatuh demi bahagiamu…
sesal pun tak habis kala akal kembali…

mungkin kini kesendirianmu membunuh perlahan…
relakanlah, mereka pernah hadir bersemayam dalam aku…
simpan isak perihmu kedalam ruangmu saja…
pasrah, aku pernah dalam pijakmu…

kemana tarian yang dahulu kau tinggikan?
tawa suka pemecah kehampaanmu?
serta belati penghunus kelam mu?
aku tidak ingin tersenyum…

aku tak melihat bahunya berlabuh untuk keningmu…
dia sang penyelamat yang bahkan aku tak melihat…
lenyapkah? atau pedulinya telah mati?
diam, aku sekalipun tidak tersenyum untuk itu…

tak akan tangan ini meraih…
juga hati untuk menggapai rendahmu yang dalam…
jurang ini penghujung kelok kisahmu…
tempatmu berlari dan menari kala fajar…

aku tak ada, bukan benci kesumat yang meniadakan…
tiada karena memang tak seharusnya pijak ini ada…
harapmu damba hangatku seperti lalu, simpan erat…
pulanglah, tak dapat kau mengejar jejakku…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun