Peti mati itu ternyata mengandung kutukan dan pasak yang ditanamkan oleh Murayama Junji saat konflik perang dunia kedua.
Agar pasak itu terjaga, Murayama Junji menanamkan iblis dari tubuh manusia, seorang samurai dari front barat pertempuran Sekigahara.
Refrensi front samurai ini memang agak tricky untuk disadari, namun hal ini bisa dilihat dari interaksi pertama iblis samurai ini dengan Hwa-rim (Kim Go-eun).
Pertanyaan "Mana ikan manis atau melonku?" dan dijawab dengan "Saya akan segera menyiapkan ikan manis anda" mengandung referensi dari pertempuran Sekigahara.
Dimana pasukan front barat disebut ikan dan pasukan front timur disebut melon.
Mungkin banyak dari penoton yang sedikit bingung dengan timeline dari penanaman pasak ini. Pasalnya samurai sudah tidak ada pada zaman pendudukan Jepang di Korea pada 1910.
Sementara pertempuran Sekigahara berlangsung tidak lama setelah perang Imjin selesai, yakni pada awal 1600an.
Namun agaknya sutradara Jang Jae-hyun memasukan dua timeline yang berbeda itu sebagai referensi dua konflik besar antara Jepang dan Korea.
Iblis samurai ini kemudian menjadi antagonis utama dari bagian setengah film terakhir. Keberadaanya digambarkan menakutkan dan sangat intimidatif.
Tubuhnya besar karena percampuran antara niat jahat, mayat dan kutukan yang ditanamkan oleh Murayama Junji.