"Orang yang melontarkan ide seperti itu, pasti dari hasil merenung di kamar mandi. Yang diperlukan oleh GP500 bukan dibunuh atau digantikan kelas bodoh bernama superbike, namun digolontorlan investasi yang lebih besar lagi," Ujar Kenny Roberts (dari Motor Sport Magazine).
Komentar Kenny Roberts itu didasarkan logika bahwa penonton ingin melihat balapan yang semakin cepat setiap tahunnya. Sementara WSBK punya motor yang lebih lambat dari GP500, kenapa GP500 harus disuntik mati oleh kejuaraan yang punya motor lebih lambat.
"GP500 adalah pertunjukan terbesar balap motor, itu adalah puncak dari balap motor dunia. Publik ingin melihat pebalap melaju sangat cepat dan semakin cepat dari tahun ke tahun," lanjut Roberts (Dari Motor Sport Magazine).
Kenny Roberts yang kala itu menjabat sebagai manajer tim pabrikan Yamaha akhirnya bisa menyakinkan Yamaha untuk membuat motor yang lebih murah untuk tim independent.
Yamaha akhirnya membuat YZR500 versi privateer yang lebih murah untuk dibeli atau kalau mau lebih murah dari harga beli, bisa disewa selama satu musim.
YZR500 versi privateer itu tetap punya spek mesin yang sama namun tidak punya beberapa part eksotik yang dimiliki tim pabrikan.
Honda akhirnya juga mengikuti langkah Yamaha dengan membuat Honda NSR500V, versi terjangkau dari NSR500.
NSR500V ditenagai oleh mesin V-Twin yang dikembangkan dari Honda NSR250 yang kapasitasnya dinaikkan. Dengan mesin V-Twin yang lebih sederhana, NSR500V menjadi jauh lebih murah dalam hal operasional daripada NSR500 reguler.
Inovasi-inovasi seperti ini membuat GP500 akhirnya bisa bertahan melawan popularitas WSBK yang semakin besar di periode 90an.