Mohon tunggu...
Yudha Setya Nugraha
Yudha Setya Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Freelance Content Writer. Automotive, Movies and games Enthusiastic. Still developing, still learning. Jomblo dan bahagia. I always gave my best in every article.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Gundam: Char's Counter Attack", Suara Kebebasan, Kesetaraan, Keadilan, serta Impian tentang Perdamaian

14 Oktober 2020   21:53 Diperbarui: 16 Oktober 2020   15:25 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari Wujudkan Bumi yang damai. Sumber Gambar: Tangkapan layar pribadi

Kebebasan, kesetaraan dan keadilan, tiga konsep kehidupan manusia yang nantinya terakumulasi menjadi sebuah impian yang bernama kedamaian. Sudah 75 tahun sejak Perang Dunia ke dua berakhir, dunia masuk kedalam masa "damai".

Namun apakah dunia yang sekarang sudah mencapai kedamaian? Saya rasa belum, berbagai konflik mengenai kebebasan, kesetaraan dan keadilan masih berkumandang silih berganti menghiasi dunia.

Mungkin tidak usah buru-buru membicarakan dunia, kita di Indonesia saja setiap tahunnya bergumul dengan hal ini. Peristiwa Malari 1974, Marsinah 1993, Munir 2004 dan gelombang protes RUU Cipta Kerja 2020 menjadi contoh-contoh kecil bagaimana kebebasan, kesetaraan dan keadilan belum bisa terwujud dengan sebagai mana mestinya.

Sebagian orang melihat konsep kebebasan, kesetaraan dan keadilan sebagai sebuah tulisan pendek yang tipis pemaknaannya. Memang benar memaknai ketiga konsep ini tidak bisa hanya menggunakan arti dari kata mereka saja, namun sebagai manusia yang dibekali pikiran dan akal budi, tiga konsep ini dapat kita lihat sebagai kelanjutan dari bentuk rasa saling percaya, bela rasa dan saling menerima.

Karena saling percaya kita menjadi bebas, dengan saling berbela rasa kita menjadi setara dan ketika saling menerima maka akan terbentuk sebuah keadilan.

Sekilas tentang Gundam: Char's Counter Attack (1988) 

Mobile Suit Gundam: Char's Counter Attack (1988) merupakan film layar lebar pertama dari franchise Gundam dan merupakan penutup dari original universal century saga (saga pertama serial Gundam) yang berlangsung sejak seri Mobile Suit Gundam (1979) sampai dengan Mobile Suit Gundam ZZ (1986).

Masih dikepalai oleh sang pencipta serial Gundam Yoshiyuki Tomino, Char's Counter Attack merupakan adaptasi dari novel Gundam yang Tomino tulis sendiri yakni Gundam Hi Streamers (1987). 

Film ini menandai kembalinya dua karakter utama dari seri Mobile Suit Gundam (1979) yakni Amuro Ray dan Char Aznable sejak terakhir kali mereka berdua muncul pada seri Mobile Suit Zeta Gundam (1985), pengisi suara Toru Furuya dan Shuichi Ikeda pun ikut kembali menyuarakan kedua karakter tersebut.

Char's Counter Attack berlatarkan pada tahun U.C 0093, 14 tahun sesudah berakhirnya One Year War antara Earth Federation melawan Principality of Zeon. 

Mantan perwira Zeon, Char Aznable (Shuichi Ikeda) yang hilang akhirnya kembali dan mengambil kepemimpinan dari Neo Zeon kemudian memulai perang baru dengan berusaha menjatuhkan asteroid-asteroid ke bumi. 

Char harus berhadapan kembali dengan saingan lamanya semasa One Year War, Amuro Ray (Toru Furuya). Char ingin mewujudkan kebebasan, kesetaraan dan keadilan bagi space colony dengan cara menghancurkan bumi.

Sementara Amuro percaya bahwa kebebasan, kesetaraan dan keadilan dapat terwujud lewat adanya saling percaya, bela rasa dan memahami antara penduduk space colony dan penduduk bumi. Pertarungan terakhir mereka pun menghasilkan sebuah keajaiban.

Film ini memperlihatkan pertarungan antara Amuro dan Char untuk terakhir kalinya. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi.  
Film ini memperlihatkan pertarungan antara Amuro dan Char untuk terakhir kalinya. Sumber: Tangkapan Layar Pribadi.  

Menggambarkan Konflik akibat Diskriminasi

Sudah menjadi ciri khas dari seri mobile suit Gundam untuk membahas isu-isu berat dan penting. Seri Gundam menjadi salah satu dari wadah kita untuk dapat mengerti isu-isu berat dengan cerita  yang dinamis dan tidak membosankan. Salah satu isu yang sering dibahas adalah isu deskriminasi.

Pada cerita Gundam universal century saga terdapat orang-orang yang disebut dengan Newtype, sebutan bagi orang-orang yang tumbuh dan berkembang dalam Space Colony. Newtype memiliki beberapa kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh penduduk bumi dan mereka dianggap ancaman bagi penduduk bumi. 

Menjadi sebuah bentuk diskriminasi bagi para penduduk space colony yang sudah menjadi pesemakmuran bumi. Hal ini memicu pecahnya konflik antara penduduk bumi dan penduduk space colony.

Side 1, salah satu dari Space Colony yang ada difilm. Sumber Gambar: Tangkapan Layar Pribadi. 
Side 1, salah satu dari Space Colony yang ada difilm. Sumber Gambar: Tangkapan Layar Pribadi. 

Diskriminasi merupakan bentuk lanjut prasangka negatif dan pelabelan kelompok yang tidak bersahabat yang muncul akibat adanya stereotipe yang kita kembangkan pada suatu kelompok atau hal. Terkadang kita melakukan diskriminasi sebagai jalan pintas kita untuk tidak menerima kelemahan kita dan mempertahankan superioritas. 

Kasus newtype sama halnya dengan beberapa kasus diskriminasi lainnya yang sering terjadi didunia nyata. Rasisme, Etnosentrisme dan Kolektivisme adalah buah yang lahir akibat adanya deskriminasi ini. 

Deskriminasi berkembang seolah-olah menjadi sebuah bentuk kebudayaan yang ada ditengah-tengah kehidupan sosial manusia sekarang. Karena adanya deskiminasi ini maka kebebasan, kesetaraan dan keadilan semakin sulit untuk tercipta.

Pada Akhirnya Setiap Manusia harus Menggunakan Hatinya 

Amuro Ray walaupun sudah diperlakukan dengan diskriminatif dan penuh prasangka curiga oleh Earth Federation tetap percaya bahwa manusia dapat melampaui dan memperbaiki kesalahan mereka, sehingga dia tetap berjuang mempertahankan bumi.

Amuro Ray. Sumber Gambar: Tangkapan Layar Pribadi
Amuro Ray. Sumber Gambar: Tangkapan Layar Pribadi

Amuro menjadi representasi dari orang-orang yang percaya bahwa manusia memang tidak luput dari kesalahan namun tetap bisa untuk memperbaiki kesalahan tersebut. 

Dia percaya bahwa kebebasan tidak luput dari sikap saling percaya, dia percaya bahwa kesetaraan akan muncul jika ada rasa saling berbela rasa dan dia percaya keadilan akan tegak jika kita saling menerima.

Dengan adanya rasa percaya, bela rasa dan penerimaan didalam setiap individu manusia maka kedamaian pun akan terwujud.

Film ini menggambarkan semangat orang-orang yang tanpa lelah mengingatkan kita sebagai manusia untuk menggunakan hati kita, mengembangkan rasa percaya, bela rasa dan penerimaan satu sama lain. Karena seperti keadaan yang terjadi pada tahun 2020 ini dimana kehidupan sosial menjadi kurang sosial berkat adanya media sosial. 

Konflik tersulut di mana-mana karena adanya prasangka curiga dan adu domba informasi, kedamaian semakin sulit untuk terwujud. Di saat seperti inilah kita sebagai seorang manusia harus dapat memfungsikan hati kita sebagaimana mestinya, hilangkan prasangka curiga, saling menjaga dan percaya, berdiri bersama dan wujudkan perdaiaman. 

Karena seperti bagaimana hakekatnya manusia yang berhati dan berbudi luhur, kita dapat mewujudkan perdamaian jika kita menggunakan hati kita.

Mari Wujudkan Bumi yang damai. Sumber Gambar: Tangkapan layar pribadi
Mari Wujudkan Bumi yang damai. Sumber Gambar: Tangkapan layar pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun