Mohon tunggu...
yudha satya
yudha satya Mohon Tunggu... Lainnya -

Selalu Belajar Sampai Akhir Hayat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Revitalisasi Pasar sebagai Pusat Perekonomian Rakyat

26 Januari 2017   20:44 Diperbarui: 26 Januari 2017   21:01 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://www.qureta.com

Maka salah satu kabar baiknya adalah keberadaan pasar masih diminati oleh masyarakat indonesia untuk saat ini, sehingga jika pasar tradisional ini ingin lebih diminati lagi dimasa depan maka diperlukan sedikit perubahan perubahan di dalam pasar tradisional tersebut sehingga mengilangkan kesan kesan negatif yang ada di masyarakat

Lain halnya dengan pasar swalayan yang bertebaran di negara ini, yang hadirnya juga belum cukup lama sekitar 20 - 30 tahun yang lalu namun kehadirannya seperti dapat membrainwash masyarakat untuk mengalihkan lokasi belanjanya ke pasar swalayan tersebut.

Karena memang pasar swalayan sangat bertolak dengan pasar tradisional dimana harga yang ada sudah paten alias tidak ada kondisi tawar menawar (meskipun yang tawar menawar belum tenu lebih buruk), kondisi tempat yang nyaman bahkan sejuk dilengkapi oleh air conditioner dan pengharum ruangan, ada fasilitas fasilitas seperti keranjang belanja, rak rak yang tersususun rapi sehingga memudahkan para pelanggan untuk berbelanja, bahkan terdapat barang barang yang diimpor dari luar negeri yang didatangkan dengan bebasnya yang membuat baik para masyarakat lokal maupun (mungkin) turis asing seakan berada dalam negaranya sendiri.

Selain itu lokasi swalayan swalayan kecil sudah bertebaran di negara ini yang seakan membuat sebuah pilihan tunggal lokasi berbelanja di tempat tempat tersebut, karena memang swalayan swalayan yang ada memang menyediakan pelayanan yang bisa dianggap lebih baik daripada pasar tradisional dan juga produk produk yang ada diproduksi oleh industri industri sehingga ya... begitulah...

Pasar adalah sebuah hukum alam

Anehnya fenomena pasar ini seakan menjadi sebuah hukum alam dan menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat yang berinteraksi secara sosial bahwa secara tidak langsung pasar sendiri merupakan wadah untuk pusat perekonomian bahkan bisa dibilang pusat dari penyebaran kesejahteraan dari suatu kelompok masyarakat, sehingga mustahil pasar ini akan hilang, hilang tidak cuman tergantikan.

Maka saya sambungkan tema pasar ini dengan kondisi riil di indonesia yakni terdapat aksi 212 alias tanggal 2 bulan 12 / desember dimana masyarakat islam berkumpul untuk melakukan sebuah gerakan yang saya pikir tidak mungkin hal tersebut bisa direncanakan oleh manusia namun saya tidak memperpanjang hal ini, hanya ingin menggaris bawahi output dari akasi ini yakni ada sebuah boikot sebuah produk makanan serta dampak dampak lain seperti gerakan membeli di toko tetangga yang harapannya bisa mengalahkan kekuatan besar yang berkuasa di negara ini.

Satu hal yang dapat saya pelajari dari kejadian tersebut yakni bahwa untuk dapat menyerang sesuatu yang besar maka dimulai dari yang kecil dahulu, maka saya rasa merevitalisasi pasar sebagai pusat perekonomian rakyat sangat penting dilakukan sebagai gerakan yang merakyat dan memasyarakat

Kesimpulan

Akhirnya kita sampai pada kesimpulan mengenai urgensi hari pasar rakyat nasional apakah hal tersebut perlu atau tidak mengingat sangat banyak sekali belakangan ini hari hari nasional yang ditetapkan di negara ini, maka saya pikir tidak ada salahnya membuat hari pasar nasional dengan beberapa catatan atau perbaikan perbaikan yang senantiasa dilakukan setiap hari pasar rakyat nasional dilakukan seperti kegiatan membeli di pasar yang notabene sudah dilakukan oleh masyarakat sehingga tidak perlu dilakukan.

Sehingga dari beberapa hal yang telah kita bahas saya mempunyai usulan usulan jikalau memang benar hari pasar rakyat nasional ini benar benar diputuskan menjadi hari nasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun