Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Apau Kayan, Denyut Peradaban Sungai di Halaman Terdepan Indonesia

20 Maret 2017   16:12 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:00 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Bandara Long Ampung usai diguyur hujan. (Foto: Yudha PS)

Tanpa pikir panjang, saya akhirnya memutuskan untuk menaiki mobil yang hendak menuju ke Long Nawang. Saat itu, hanya ada satu mobil yang tersedia. Sedangkan penumpang yang hendak pergi ke Long Nawang berjumlah 12 orang. Karena tidak muat, sebagian penumpang memilih untuk menginap di sanak saudaranya di Long Ampung.

Saya sendiri mencoba peruntungan dengan langsung meminta supir untuk mengangkut saya ke Long Nawang. “Di bak belakang tidak apa-apa, yah?” jawabnya yang langsung saya respon dengan anggukan kepala. Bersama saya, ada dua orang penumpang lainnya di belakang. Kami mencoba berdiri di antara barang-barang penumpang lainnya yang bertumpukan memenuhi bak belakang.


Transportasi dari Long Ampung menuju Long Nawang harus menggunakan mobil gardan-ganda. Agar bisa mengangkut banyak penumpang dan barang, umumnya mobil yang digunakan memiliki kabin-ganda. Mobil jenis ini mempertimbangkan jalanan menuju Long Ampung yang masih berupa tanah dan masih dalam tahap pengerasan. Di beberapa bagian, ada jalanan yang gagal dikeraskan karena batuan tergerus air. Bagian ini umumnya berupa tanah berlumpur yang licin.

Beruntung, siang itu Long Nawang dan Long Ampung sedang cerah tanpa guyuran hujan. Jalanan berupa tanah yang harus kami lewati tidak begitu mengganggu. Di beberapa bagian, mobil sempat selip. Namun, kelihaian sang pengemudi berhasil melalui segala rintangan yang kami hadapi di antara Long Ampung dan Long Nawang.

Saya dan dua orang lainnya di belakang harus memegang erat-erat batangan besi di bagian bak belakang mobil. Pasalnya, mobil berguncang sangat keras ketika melalui lubang dan jalanan tanah. Belum lagi bila jalanan tanah berada di jalur menanjak dan turun. Salah berpegangan, kami bisa jatuh ke bawah. Minimal, bagian perut dan pinggang terbentur keras ke badan mobil.

Setibanya di Long Nawang, tangan dan kaki saya langsung lemas dan gemetaran. Pasalnya, berpegangan erat ke badan mobil kemudian diguncang hebat selama satu jam bukan hal yang ringan. Terlebih lagi, saya memang jarang olah raga akhir-akhir ini, sehingga membuat otot-otot menjadi lemas dan gampang lelah.

Long Nawang sendiri merupakan desa yang menjadi Ibu Kota Kecamatan Kayan Hulu, Malinau, Kalimantan Utara. Desa ini jaraknya hanya dua jam menggunakan jalur darat dari perbatasan Indonesia-Malaysia. Di desa ini juga terdapat kantor Kecamatan Kayan Hulu, markas Polsek Kayan Hulu, dan markas Koramil Kayan Hulu.

Infrastruktur di Desa Long Nawang terbilang maju untuk ukuran desa pedalaman. Salah satunya adalah listrik yang sudah menyala selama 12 jam pada malam hari. Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah membuat PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Long Nawang. Diharapkan, keduanya mampu memenuhi kebutuhan listrik Desa Long Nawang selama 24 jam sehari.

Menara telepon seluler juga sudah berdiri di desa Long Nawang. Menara ini menggunakan energi dari solar panel pada siang hari dan genset berbahan bakar solar pada malam hari. Bila hari cukup mendung, sinyal telepon akan mati pada sore hari karena persediaan listrik tidak cukup untuk menyalakan tower selama 12 jam. Sedangkan pada malam hari, menara telepon seluler akan berfungsi selama persediaan solar masih ada. Bila solar habis, maka sinyal telepon pun mati.

Area pemukiman Long Nawang juga sudah tertata dengan rapih. Jalan-jalan dibuat lebar dan mampu memuat sekitar 4 mobil minibus. Selain itu, jalannya juga sudah beraspal. Jalan aspalnya sendiri masih sederhana, yaitu terbuat dari batu yang ditata dan diratakan kemudian diguyur aspal. Meskipun begitu, jalanan ini sudah cukup nyaman untuk dilalui mobil dan motor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun