Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Obrigado Barak: Pejabat Tinggi Timor Leste Tanpa Pengawalan Berlapis

23 Juni 2015   23:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:16 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung, di dekat bandara ada sentra kopi Timor Leste. Satu bungkusnya dengan berat bersih 250 gram hanya seharga USD 1,00 atau sekitar Rp. 13 ribu. Masih lebih murah dibandingkan Kopi Aroma di Bandung dengan isi yang sama, dengan kisaran Rp. 15 ribu untuk Robusta dan Rp. 20 ribu untuk Arabica. Tanpa pikir panjang, saya borong 3 bungkus. Saya sendiri tidak berani beli banyak. Khawatir malah disita di imigrasi di Indonesia.

Setelahnya, Gil mengarahkan mobil yang kami tumpangi ke bandara. Dia mengantarkan saya hingga ke pintu imigrasi. Sebelum kami berpisah, Gil menyalami dan memeluk saya, sembari mengucapkan salam perpisahan dan harapan untuk berjumpa kembali pada suatu hari nanti. Tak lupa, saya haturkan kepada Gil dan masyarakat Timor Leste ungkapan terima kasih yang tak terhingga atas keramahannya sebagai tuan rumah.

Penumpang Garuda Airlines jurusan Dili-Denpasar menyampaikan salam perpisahan sesaat sebelum memasuki pesawat. (Foto: Yudha PS)

Siang itu, Bandara Internasional Presidente Nicolau Lobato bersiap menerima kedatangan pesawat Garuda Indonesia tujuan Denpasar - Dili. Dari kejauhan, pesawat jet berjenis Boeing melintas di sisi utara bandara, kemudian bermanuver membelokkan diri 180 derajat dan menukik hingga mendarat di ujung landasan. Seperti saya duga, manuver tersebut cukup indah bila dilihat dari darat. Kemudian, 20 menit setelahnya pesawat Sriwijaya Airlines melakukan hal yang sama.

 

Setelah pesawat siap, penumpang kedua maskapai dipersilahkan naik. Dengan berat hati, saya melangkahkan kaki meninggalkan Dili, Timor Leste. Sesaat setelah lepas landas, dari jendela pesawat, deretan perbukitan Timor Leste yang dihiasi pesisir pantai kembali tampak.

Berbeda ketika saya datang, kali ini mereka mengucapkan salam perpisahan. Salam itu semakin berat seiring bertambahnya ketinggian pesawat Sriwijaya Airlines yang saya tumpaki. Ah, siklus kehidupan ini selalu berlanjut. Ada perjumpaan, ada perpisahan. Dan semoga keberadaan keduanya tidak pernah melunturkan kenangan indah yang terjadi di antaranya. Seindah kenangan saya bersama Dili dan Timor Leste. Obrigado, terima kasih, Timor Leste!{}

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun