Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

"Olá, Timor Leste!"

20 Juni 2015   06:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:43 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya, Gil, dan Iman merupakan alumni International Visitors Leadership Program (IVLP) yang disponsori oleh Department of State, Amerika. Gil dan Iman sendiri mengikuti IVLP beberapa tahun sebelum saya. Sedangkan saya baru berangkat pada Januari 2013 lalu.

Setiap tahunnya, pemerintah Amerika menggelontorkan AEIF untuk mendanai program-program para alumninya. Syaratnya, ada 6 orang alumni program pemerintah Amerika yang terlibat dan mereka bekerja secara sukarela. Ketika program tersebut diluncurkan pada 2014 silam, Gil meminta saya dan Iman untuk mendukung program ACC ini. Kami berdua didaulat untuk berbagi pengalaman Indonesia dalam memerangi korupsi di masyarakat.

Proposal yang masuk dari seluruh dunia kemudian disaring oleh pemerintah Amerika. Hasilnya, di antara puluhan program yang diterima, program ACC termasuk yang didanai AEIF sebesar US$ 25.000. Hasilnya, saya dan Iman pun berangkat ke Timor Leste. Iman Abda sendiri sudah berangkat ke Dili pada pertengahan 2014 silam, pada pembukaan ACC. Sedangkan saya diminta untuk hadir pada penutupan program ACC pada 2 Maret 2015 silam.

Gil sendiri adalah seorang jurnalis di Timor Leste dan peneliti muda di bidang media. Dia juga merupakan aktivis muda Timor Leste yang memiliki pengalaman internasional cukup luas dan banyak. Saya dan Gil berkenalan di Alumni.state.gov, sebuah media sosial bagi alumni program-program pertukaran pemerintah Amerika.

***

Tentunya, tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan prosesi penyambutan saya tersebut. Dengan segera, Gil mempersilahkan saya masuk ke mobil dan melaju di tengah teriknya matahari siang di Dili, Timor Leste. Sepanjang perjalanan, Gil banyak bercerita tentang Dili dan segala fenomena sosial dan politik di dalamnya. Dari Gil juga, saya mengetahui latar belakang suami dari seorang penyanyi wanita tersohor di Indonesia, yang memang pengusaha asal Timor Leste.

Cerita semakin seru sembari menyantap hidangan siang itu. Gil membawa saya ke Timor Plaza dan mempersilahkan saya untuk memilih panganan yang tersedia. Saya pribadi sebenarnya lebih senang mencicipi masakan asli Timor Leste. Namun, apa boleh buat, makanan yang tersedia umumnya adalah kuliner khas Indonesia, seperti soto, sate, ayam goreng, pecel, beserta lalapannya. Saya langsung memilih soto untuk membuka jelajah kuliner saya di Timor Leste.

“Di sini, semua kuliner yang ada umumnya makanan Indonesia,” ungkap Gil, menjelaskan. “Praktis, kami tidak memiliki makanan khas Timor Leste,” jawabnya lagi, ketika saya kembali bertanya dengan sedikit penekanan perihal kuliner asli Timor Leste.

Negara muda ini memang banyak terpengaruh oleh Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, hal ini merupakan salah satu buah dari penjajahan Indonesia sejak era 1976 hingga Soeharto lengser dari kursi kepresidenan pada 1998. Meskipun begitu, sebagai negara muda yang baru merdeka kembali, Timor Leste cukup banyak mengadaptasi pranata organisasi pemerintahannya dari Indonesia.

Salah satu contohnya adalah cara Timor Leste menyusun dewan pers. Gil mengisahkan bahwa Dewan Pers Indonesia menjadi benchmark Dewan Pers Timor Leste yang akan dibentuk beberapa bulan ke depan. Kabar menggembirakannya, Gil merupakan kandidat anggota Dewan Pers Timor Leste.

Obrolan kemudian berlanjut ke kesempatan yang lebih luas bagi pemuda di negara baru seperti Timor Leste. Terlebih lagi, penduduk Timor Leste hanya sekitar satu juta orang. Hal ini membuat kesempatan para pemuda untuk terlibat dalam proses pembangunan di pemerintahan semakin terbuka lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun