Orang-orang Indonesia ini sudah menetap cukup lama di Timor Leste. Namun, tak jarang kerabat mereka dari Indonesia juga datang untuk bekerja dan mencari peruntungan di Timor Leste. Bahkan, yang membuat saya cukup kaget, Timor Leste seringkali mendeportasi orang-orang Indonesia. Pasalnya, mereka seringkali menyalahgunakan Visa on Arrival untuk bekerja di Timor Leste. “Bulan ini saja pemerintah kami (Timor Leste) mendeportasi 9 orang Indonesia,” ungkap Gil, malam itu.
Ah, pantas saja saya benar-benar ditanya habis-habisan di Bandara Ngurah rai, Denpasar, ketika Check In. “Bapak sudah punya tiket pulang? Tanggal berapa Anda akan kembali ke Indonesia?” begitu tanyanya dengan intonasi penuh penekanan, seperti ingin memastikan bahwa saya benar-benar akan kembali ke Indonesia. Ternyata, pangkal masalahnya adalah banyaknya pelanggaran keimigrasian yang dilakukan orang Indonesia di Timor Leste.
Seusai makan malam, Gil dan Cheche mengajak saya mengitari kota Dili. Menjelang larut malam, mereka segera mengantarkan saya ke hotel. Bagi saya, hari pertama di Timor Leste sangat menyenangkan. Namun, perasaan saya masih diselimuti kegelisahan yang luar biasa. Pasalnya, keesokan harinya, saya harus memaparkan presentasi di hadapan para jurnalis dan tokoh media di Timor Leste. Di kamar hotel, saya berusaha menyempurnakan presentasi saya, sambil terus berharap bahwa besok saya mampu memaparkannya dengan baik. {}
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H