Mohon tunggu...
Yudha Priyono
Yudha Priyono Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Menengah Kejuruan

Guru Bahasa Inggris SMK Negeri 1 Warungasem Batang Jawa Tengah, menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Literasi Siswa: Catatan Kritis Pendidikan

1 September 2024   20:00 Diperbarui: 1 September 2024   20:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hiruk pikuk Pemilu 2024 telah usai. Presiden dan wakil presiden yang menjadi pemenang telah diketahui. Rakyat menanti nanti dan berharap janji janji yang disampaikan saat kampanye direalisasikan. Kebijakan kebijakan lain yang pro rakyat, pro perbaikan ditunggu tunggu. Termasuk di dalamnya adalah kebijakan dunia pendidikan. Kebijakan yang membangun dan mendukung peningkatan kualitas pendidikan sangat diharapkan.

Supaya dapat membuat kebijakan yang positif dan tepat sasaran, pemerintah seharusnya mmperhatikan catatan catatan kritis dalam dunia pendidikan tahun tersebut. Catatan tersebut akan menjadi bahan dalam membuat kebijakan. Masukan masukan tersebut dapat datang darimanapun, baik dari lembaga pemerintah maupun swasta.

Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadik) setelah rapat bersama jajaran Kemendikbudristek mengeluarkan tujuh catatan kritis dalam dunia pendidikan bangsa ini (mediaindonesia.Com, 23/01/2024). Tujuh catatan kritis tersebut adalah sebagai berikut; Tingkat literasi siswa dalam kondisi sedang, kekerasan di satuan pendidikan, penyelesaian guru honorer, pengembangan ketrampilan guru, peningkatan kualitas anggaran pendidikan, dana abadi kebudayaan, dan transisi ke dunia kerja. Dari tujuh catatan kritis tersebut, penulis tertarik untuk mengkritisi catatan tentang tingkat literasi siswa.

Pemerintah sudah berusaha meningkatkan literasi dengan pemenuhan kebutuhan buku buku yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selain itu, pembenahan pembenahan perpustakaan juga dilakukan demi memberikan kenyamaan siswa dalam berliterasi. Tingkat literasi siswa dalam kondisi sedang, yang lebih baik daripada rendah, juga dimungkinkan dari usaha tersebut.

Namun, Tingkat literasi sedang akan lebih baik jika ditingkatkan. Sementara itu, pemenuhan buku dan pemenuhan sarana perpustakaan hanya salah satu faktor dari penentu tingkat literasi siswa. Masih banyak aspek yang harus diperhatikan dalam meningkatkan literasi tersebut.

Yang pertama adalah bagaimana usaha sekolah dalam mendorong siswa untuk memaksimalkan pemanfaatan buku di perpustakaan. Guru menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan usaha ini. Pemanfaatan buku di perpustakaan dapat dimasukan dalam kegiatan pembelajaran guru guru mata pelajaran.

Merangkum dan mencari materi pelajaran dengan sumber sumber buku diperpustakaan akan meningkatkan literasi siswa. Saat mencari materi, mereka akan membuka buka buku, dan melihat materi materi lain, sebelum menemukan materi yang mereka cari. Dengan begitu, lama kelamaan akan timbul kebiasaan dan rasa suka dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber sumber di perpustakaan oleh guru dan siswa sangat disarankan.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat juga menjadi sarana dalam meningkatkan literasi siswa. Apalagi peserta ekstrakurikuler adalah siswa yang memang berminat terhadap kegiatan tersebut. Minat tersebut menjadi modal dalam melatih literasi siswa. Salah satu ekstrakurikuler tersebut adalah kegiatan Majalah Dinding. Siswa dengan asiknya mencari sumber sumber bacaan yang menarik untuk ditempel di Majalah Dinding. Ekstrakurikuler lain yang dapat menjadi sarana literasi misalkan Karya Ilmiah Remaja, English Club, Palang Merah Remaja dan Lainya.

Tingkatan ranah kognitif dalam pembelajaran berpengaruh terhadap tingkat literasi siswa. Pemahaman materi pelajaran seharusnya tidak berhenti pada taraf mengetahui dan memahami, tetapi setidaknya sampai pada taraf analisis, yang sebelumnya ada taraf penerapan. Saat menyampaikan hasil analisis, siswa berarti telah melewati kegiatan menelaah, memahami, menimbang, sampai menyimpulkan hasil penelaahan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran tiap mata pelajaran sebaiknya sampai pada taraf analisa.

Dengan perkembangan teknologi informasi, literasi tidak hanya berkaitan dengan buku saja, melainkan juga berita berita, baik tulisan maupun lisan, yang disampaikan melalui teknologi digital. Jika bosan dengan membaca buku, siswa dapat mengetahui dan memahami satu hal dengan melihat dan mendengar melaui media online. Apalagi hampir sebagian besar siswa memiliki handphone dengan internet. Oleh karena itu, pembelajaran dengan media teknologi juga dapat meningkatkan literasi siswa.

Saat siswa berselancar di internet, membaca, meringkas berita atau informasi dari situs satu ke situs lain, siswa tanpa sadar sudah berliterasi dengan senang hati, dengan bimbingan guru. Saat siswa diminta untuk mencari informasi di media sosial online, mereka akan juga berliterasi dengan bahagia, karena anak muda sekarang tidak bisa lepas dari media sosial. Literasi siswa akan lebih hebat lagi jika siswa dapat mengunggah hasil analisis mereka terhadap suatu fenomena pada platform media sosial mereka. Kegiatan kegiatan tersebut tentu saja dalam bimbingan guru.

Selain dunia pendidikan formal, peningkatan literasi siswa akan lebih efektif jika didukung dua pilar pendidikan bangsa lainya; keluarga dan masyarakat. Keluarga tak bisa dipungkiri berpengaruh banyak terhadap kebiasaan berliterasi siswa. Orang tua yang memberi contoh berliterasi akan menjadi teladan dan ditiru oleh anaknya. Orang tua, saudara akan menjadi teman berliterasi yang asik bagi siswa. Selain itu, menyediakan bahan yang berlimpah bagi anak untuk membaca, serta internet jika memungkinkan, akan memberikan semangat siswa dalam belajar. Pendidikan formal pada akhirnya akan memoles lebih kebiasaan siswa tersebut.

Lingkungan yang berliterasi akan menambah dampak positif pada kemampuan kognitif siswa. Akses akses terhadap bahan bacaan yang mudah apalagi gratis akan membantu literasi siswa. Akses Akses tersebut misalkan surat kabar atau majalah dinding di lingkungan, perpustakaan keliling dan bazar buku yang rutin diadakan. Jasa internet terjangkau di Balai Desa misalnya, akan mempermudah siswa dalam mencari informasi atau sekedar "berselancar" di dunia maya.

Pendeknya, tiga pilar pendidikan harus bergerak atau digerakan bersama dalam mendukung peningkatan literasi siswa, yang pada giliranya akan memajukan bangsa dengan generasi muda yang berkualitas. Pemerintah memberikan sosialisasi kepada keluarga dan lingkungan tentang pentingnya budaya literasi, serta mempermudah akses terhadap sumber sumber literasi. Selain itu, pemerintah juga memperhatikan sumber sumber literasi di sekolah, serta mendorong kegiatan kegiatan sekolah yang mendukung literasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun