Hiruk pikuk Pemilu 2024 telah usai. Presiden dan wakil presiden yang menjadi pemenang telah diketahui. Rakyat menanti nanti dan berharap janji janji yang disampaikan saat kampanye direalisasikan. Kebijakan kebijakan lain yang pro rakyat, pro perbaikan ditunggu tunggu. Termasuk di dalamnya adalah kebijakan dunia pendidikan. Kebijakan yang membangun dan mendukung peningkatan kualitas pendidikan sangat diharapkan.
Supaya dapat membuat kebijakan yang positif dan tepat sasaran, pemerintah seharusnya mmperhatikan catatan catatan kritis dalam dunia pendidikan tahun tersebut. Catatan tersebut akan menjadi bahan dalam membuat kebijakan. Masukan masukan tersebut dapat datang darimanapun, baik dari lembaga pemerintah maupun swasta.
Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadik) setelah rapat bersama jajaran Kemendikbudristek mengeluarkan tujuh catatan kritis dalam dunia pendidikan bangsa ini (mediaindonesia.Com, 23/01/2024). Tujuh catatan kritis tersebut adalah sebagai berikut; Tingkat literasi siswa dalam kondisi sedang, kekerasan di satuan pendidikan, penyelesaian guru honorer, pengembangan ketrampilan guru, peningkatan kualitas anggaran pendidikan, dana abadi kebudayaan, dan transisi ke dunia kerja. Dari tujuh catatan kritis tersebut, penulis tertarik untuk mengkritisi catatan tentang tingkat literasi siswa.
Pemerintah sudah berusaha meningkatkan literasi dengan pemenuhan kebutuhan buku buku yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Selain itu, pembenahan pembenahan perpustakaan juga dilakukan demi memberikan kenyamaan siswa dalam berliterasi. Tingkat literasi siswa dalam kondisi sedang, yang lebih baik daripada rendah, juga dimungkinkan dari usaha tersebut.
Namun, Tingkat literasi sedang akan lebih baik jika ditingkatkan. Sementara itu, pemenuhan buku dan pemenuhan sarana perpustakaan hanya salah satu faktor dari penentu tingkat literasi siswa. Masih banyak aspek yang harus diperhatikan dalam meningkatkan literasi tersebut.
Yang pertama adalah bagaimana usaha sekolah dalam mendorong siswa untuk memaksimalkan pemanfaatan buku di perpustakaan. Guru menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan usaha ini. Pemanfaatan buku di perpustakaan dapat dimasukan dalam kegiatan pembelajaran guru guru mata pelajaran.
Merangkum dan mencari materi pelajaran dengan sumber sumber buku diperpustakaan akan meningkatkan literasi siswa. Saat mencari materi, mereka akan membuka buka buku, dan melihat materi materi lain, sebelum menemukan materi yang mereka cari. Dengan begitu, lama kelamaan akan timbul kebiasaan dan rasa suka dari kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber sumber di perpustakaan oleh guru dan siswa sangat disarankan.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat juga menjadi sarana dalam meningkatkan literasi siswa. Apalagi peserta ekstrakurikuler adalah siswa yang memang berminat terhadap kegiatan tersebut. Minat tersebut menjadi modal dalam melatih literasi siswa. Salah satu ekstrakurikuler tersebut adalah kegiatan Majalah Dinding. Siswa dengan asiknya mencari sumber sumber bacaan yang menarik untuk ditempel di Majalah Dinding. Ekstrakurikuler lain yang dapat menjadi sarana literasi misalkan Karya Ilmiah Remaja, English Club, Palang Merah Remaja dan Lainya.
Tingkatan ranah kognitif dalam pembelajaran berpengaruh terhadap tingkat literasi siswa. Pemahaman materi pelajaran seharusnya tidak berhenti pada taraf mengetahui dan memahami, tetapi setidaknya sampai pada taraf analisis, yang sebelumnya ada taraf penerapan. Saat menyampaikan hasil analisis, siswa berarti telah melewati kegiatan menelaah, memahami, menimbang, sampai menyimpulkan hasil penelaahan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran tiap mata pelajaran sebaiknya sampai pada taraf analisa.
Dengan perkembangan teknologi informasi, literasi tidak hanya berkaitan dengan buku saja, melainkan juga berita berita, baik tulisan maupun lisan, yang disampaikan melalui teknologi digital. Jika bosan dengan membaca buku, siswa dapat mengetahui dan memahami satu hal dengan melihat dan mendengar melaui media online. Apalagi hampir sebagian besar siswa memiliki handphone dengan internet. Oleh karena itu, pembelajaran dengan media teknologi juga dapat meningkatkan literasi siswa.
Saat siswa berselancar di internet, membaca, meringkas berita atau informasi dari situs satu ke situs lain, siswa tanpa sadar sudah berliterasi dengan senang hati, dengan bimbingan guru. Saat siswa diminta untuk mencari informasi di media sosial online, mereka akan juga berliterasi dengan bahagia, karena anak muda sekarang tidak bisa lepas dari media sosial. Literasi siswa akan lebih hebat lagi jika siswa dapat mengunggah hasil analisis mereka terhadap suatu fenomena pada platform media sosial mereka. Kegiatan kegiatan tersebut tentu saja dalam bimbingan guru.