Meskipun adopsi kecerdasan buatan di dunia bisnis menunjukkan tren yang menjanjikan, seperti yang disoroti oleh Khanfar et al. (2024), jelas masih banyak tantangan yang perlu diatasi. Kesenjangan antara potensi AI dan realisasi penggunaannya mencerminkan kurangnya kesiapan dan pemahaman yang mendalam di banyak organisasi. Investasi besar dalam AI, seperti yang mencapai 77,6 miliar USD pada tahun 2022, tidak serta merta menjamin kesuksesan tanpa dukungan manajemen yang kuat, kesiapan teknologi, dan keterampilan SDM yang memadai. Oleh karena itu, perusahaan harus fokus pada pengembangan strategi adopsi yang lebih matang, dengan memperhatikan kesiapan internal dan faktor eksternal seperti regulasi dan dukungan pemerintah.
Implikasi dari penelitian ini sangat jelas: perusahaan yang ingin tetap kompetitif dalam era digital harus segera memprioritaskan adopsi AI. Namun, pendekatan yang sembarangan atau terburu-buru hanya akan meningkatkan risiko kegagalan. Oleh karena itu, perlu adanya kolaborasi yang lebih kuat antara manajemen, tim teknologi, dan tenaga ahli untuk memastikan bahwa AI dapat diintegrasikan secara efektif ke dalam operasi bisnis. Selain itu, upaya untuk meningkatkan keterampilan karyawan di bidang AI harus menjadi prioritas utama untuk menjembatani kesenjangan kompetensi yang ada. Dengan demikian, adopsi AI dapat berjalan lebih lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi organisasi.
Referensi
Khanfar, A. A., Mavi, R. K., Iranmanesh, M., & Gengatharen, D. (2024). Determinants of artificial intelligence adoption: Research themes and future directions. Information Technology and Management. https://doi.org/10.1007/s10799-024-00435-0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H