Pernah mendengar atau membaca kisah Narcissus; seorang pemuda yang setiap harinya selalu berlutut dan memandang ketampanan wajahnya dari pantulan cahaya air sungai (seperti sedang berkaca). Singkatnya Narcissus mati tenggelam karena mencoba untuk meraih dirinya, yang tampan, dan jatuh ke dalam sungai.
Banyak yang menangisi kematian Narcissus, termasuk sungai tersebut. Tandanya air di sungai itu telah berubah rasa: tawar menjadi asin karena air mata.
Suatu kali dewi-dewi hutan mendapati sungai itu sedang menangis. Mereka tahu kalau semua makhluk di hutan telah menangisi kepergian Narcissus dan ketampananya.
"Mengapa kau menangis?" dewi-dewi itu bertanya "apakah kau menangis karena kepergian Narcissus sehingga membuat kau tidak bisa melihat ketampananya lagi setiap harinya?."
"Aku memang menangisi Narcissus, tapi aku tak pernah yakin apakah benar dia tampan dan elok. Aku menangis karena setiap kali dia berlutut di tepianku, aku bisa melihat pantulan keelokanku di kedalaman matanya" jawab sungai itu.
Saat membaca kisah tersebut aku ragu bahwa apakah dunia benar-benar memandang kita sebagaimana adanya? Ataukah semua pandangan kita terhadap apa pun itu telah diperdaya.
Kebanyakan orang pada umumnya selalu melihat apa yang ingin mereka lihat, bukan apa yang sebenarnya terjadi.
Sebagai contoh setiap manusia tentunya selalu mendambakan sebuah kebahagiaan menghampiri hidupnya, padahal apa yang disebut sebagai kebahagiaan adalah relatif.
Seorang pria sangat bahagia jika menghabiskan harinya bersama pacarnya, atau salah seorang temanku begitu bahagia ketika bisa mencuri waktu, di tengah-tengah kesibukan bekerja, hanya untuk bermain game online.
Kita selalu terpukau dengan apa yang disebut dengan kebahagiaan. Kita berusaha untuk bisa mencapainya dengan cara apa pun. Semua keputusan dari banyaknya pilihan yang kita ambil berdasarkan atas pertimbangan mendapatkan kebahagiaan tersebut.
Namun juga setiap keputusan yang diambil, sama saja menceburkan diri ke dalam arus deras yang akan membawa kita ke tempat-tempat yang tak pernah dibayangkan saat pertama-tama mengambil keputusan tersebut.