Mohon tunggu...
Yudha Panji
Yudha Panji Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pada tanggal 18 November 1985, di kota Tasikmalaya lahirlah seorang bayi laki laki berwajah ganteng yang bernama Yudha Panji

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ingin Hidup di Indonesia, Cintai Bahasamu

21 September 2012   11:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:03 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pertengahan tahun 2005, saya menginjakan kaki untuk pertama kalinya di bumi Gorontalo. Salah satu provinsi termuda di nusantara ini. Jauh dari kampung halaman membuat saya seperti hidup terasing karena harus membiasakan diri dengan budaya dan kehidupan yang baru. Kendala yang cukup sulit untuk cepat berbaur dengan masyarakat sekitar adalah adanya perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Umumnya mereka menggunakan bahasa Indonesia, tetapi tentu saja bukan bahasa Indonesia yang baku. Dalam setiap percakapan pasti ada sisipan kata dalam bahasa Gorontalo, Manado dan Arab. Kenapa demikian?

Sebelum resmi berdiri menjadi provinsi ke-32 di Indonesia pada tanggal 16 Februari 2001, Gorontalo termasuk kedalam wilayah provinsi Sulawesi Utara dengan pusat pemerintahan di Manado. Hal inilah yang menyebabkan adanya perpaduan antara bahasa Gorontalo dengan bahasa Manado. Sementara sisipan kata dalam bahasa Arab disebabkan masuknya golongan bangsa Arab pada zaman dahulu yang tinggal dan menikah dengan orang pribumi, sehingga terjadi percampuran budaya dan bahasa Arab yang dapat diterima oleh penduduk Gorontalo. Gabungan dari 4 bahasa inilah yang membuat pendatang seperti saya kesulitan untuk cepat terbiasa dengan bahasa mereka. Berikut contoh kalimat yang teman saya katakan;

"Ente makang jo dulu rabu-rabu, jang kage nanti mo lapar di jalan"

Kalimat tersebut merupakan gabungan kata dalam 4 bahasa yang berbeda, yaitu:

1. Ente = Kamu/Anda (Arab)

2. makang = makan, jang = jangan (Manado)

3. dulu, nanti, lapar, jalan (Indonesia)

4. rabu-rabu = sebentar, kage = mendadak/tiba-tiba (Gorontalo)

"jo" adalah kata sambung

sedangkan "mo" = mau. Saya sendiri belum bisa memastikan apakah bahasa Gorontalo atau bahasa Manado karena digunakan oleh keduanya.

Jadi kalimat diatas jika diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah;

"Kamu makan saja dulu sebentar, jangan sampai nanti tiba-tiba lapar di jalan"

Disinilah pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu suku bangsa, saya bisa meminta teman saya untuk mengatakannya dalam bahasa Indonesia sehingga saya bisa memahami apa yang dia ucapkan. Bayangkan jika saya tidak bisa berbahasa Indonesia dan hanya berbicara dalam bahasa sunda, pasti tidak akan bisa saling memahami apa yang kita ucapkan. Sekarang saya sudah menetap di Gorontalo selama 7 tahun sehingga sudah terbiasa dengan bahasa campuran yang digunakan masyarakat. Bagi saya perbedaan bahasa tidak lagi menjadi masalah. Bahasa Indonesia telah membantu saya diterima di masyarakat. Pesan saya untuk rekan-rekan yang membaca tulisan ini terutama yang masih pelajar, tidak masalah Anda menguasai bahasa asing tetapi cintai dan kuasai bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun