Di pagi hari yang sejuk, tepatnya Rabu, 22 Januari 2025, pukul 07.15 WIB, suasana di rumah saya terasa begitu tenang dan damai. Udara pagi yang segar masuk melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka, membawa aroma dedaunan basah setelah embun semalam. Langit di luar tampak agak cerah, dihiasi warna biru pucat dengan sedikit gradasi jingga di cakrawala. Sinar matahari yang lembut menerobos masuk, menciptakan bayangan pohon di dinding ruang tamu. Momen seperti ini jarang saya rasakan di tengah kesibukan sehari-hari, sehingga saya memutuskan untuk menikmatinya sejenak.
Setelah melaksanakan ibadah shalat dhuha, saya berdiri di dekat jendela ruang tamu. Dari sana, pandangan saya tertuju pada pohon rindang di halaman depan rumah. Beberapa burung gereja tampak hinggap di dahan, bercicit riang seolah sedang bercengkerama. Melihat pemandangan ini, hati saya merasa tenang. Alam memberikan semacam kehangatan yang sulit dijelaskan, sebuah kedamaian kecil yang sangat berarti sebelum memulai rutinitas yang padat.
Namun, waktu terus berjalan, dan saya harus segera bersiap-siap untuk berangkat kerja. Dengan penuh kesadaran akan pentingnya ketepatan waktu, saya mulai berpakaian rapi, mengenakan kemeja biru muda yang sudah saya setrika rapi semalam. Saya memeriksa perlengkapan kerja---laptop, agenda, dan dokumen penting lainnya, agustimemastikan semuanya sudah siap di dalam tas kerja saya. Setelah mengenakan sepatu dan memeriksa sekali lagi apakah ada yang tertinggal, saya keluar rumah, mengunci pintu dengan perasaan siap untuk menghadapi hari baru.
Perjalanan menuju halte bus pengumpan Transjakarta yang terletak tidak jauh dari rumah terasa menyenangkan. Jalan setapak di depan rumah tampak bersih, dengan beberapa tetangga yang sibuk menyiram tanaman atau menyapa pagi dengan senyum ramah. Angin sepoi-sepoi bertiup, membuat langkah saya terasa ringan. Setibanya di halte, saya melihat beberapa orang lain yang juga sedang menunggu bus. Mereka tampak asyik dengan kegiatan masing-masing, ada yang memeriksa ponsel, membaca buku, atau sekadar berbincang ringan.
Sekitar 15 menit kemudian, bus yang saya tunggu akhirnya tiba. Dengan tertib, saya naik ke dalam bus dan mengetap kartu Tapcash saya di alat pembayaran Tap On Bus (TOB) yang terpasang di dekat pintu masuk. Suara "bip" dari alat itu menandakan transaksi berhasil, dan saya pun berjalan ke tengah bus untuk mencari tempat duduk yang kosong.
Begitu menemukan kursi, saya segera duduk dengan nyaman. Saya membuka resleting jaket untuk menyesuaikan dengan suhu di dalam bus yang terasa sejuk berkat pendingin udara. Dari saku celana sebelah kanan, saya mengambil gadget pribadi untuk mengisi waktu selama perjalanan. Rutinitas saya di dalam bus biasanya dihabiskan untuk membaca berita terbaru atau mencari informasi menarik yang sedang viral.
Saat menggulir layar ponsel, sebuah judul artikel berita yang sedang viral beserta video terlampir menarik perhatian saya: "Srikandi Gerindra Kaltara, Hj. Rahmawati Beri Bantuan untuk Agustina, Bocah dengan Cacat Sejak Lahir." Saya pun segera mengklik artikel tersebut dan mulai membaca dengan penuh perhatian.
Artikel itu menceritakan bagaimana Hj. Rahmawati, SH, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan bantuan kepada Agustina, seorang bocah kecil yang menderita cacat sejak lahir. Bantuan yang diberikan berupa sembako, obat-obatan, dan mainan anak yang bertujuan untuk menghibur Agustina di tengah kondisinya yang memprihatinkan.
Rahmawati, yang juga merupakan istri dari Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang, menyampaikan harapannya agar Agustina segera pulih dan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik. Dalam salah satu kutipan yang ditulis, ia berkata dengan penuh kehangatan, "Semoga adinda kita cepat sembuh dan sehat kembali. Saya juga membawa mainan anak untuk menghibur."
Tidak hanya itu, Rahmawati menunjukkan komitmen nyata dalam mendukung kesehatan Agustina secara berkelanjutan. Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kaltara, ia telah mengarahkan tim kesehatan untuk secara rutin memantau kondisi Agustina. "Saya sudah meminta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Dinas Kesehatan untuk secara rutin memantau kesehatannya," tambahnya.
