Di siang hari yang cukup terang, tepatnya pada Selasa, 21 Januari 2025, pukul 12.10 WIB, suasana di kantor terasa begitu sejuk dan nyaman. Pendingin ruangan yang bekerja optimal membuat ruang kerja menjadi tempat yang menyenangkan untuk melanjutkan aktivitas setelah pagi yang penuh kesibukan. Dari jendela besar di samping meja kerja saya, cahaya matahari siang terlihat menembus kaca, memberikan pantulan lembut di lantai marmer. Langit biru yang cerah dihiasi beberapa awan putih yang bergerak perlahan, seolah-olah mengundang pikiran saya untuk beristirahat sejenak dari rutinitas yang menguras energi. Meskipun aktivitas kantor masih terasa sibuk, suasana hati saya tetap tenang, berkat momen sejuk yang jarang saya rasakan di tengah-tengah kesibukan pekerjaan.
Setelah menyelesaikan beberapa tugas penting yang cukup menantang di pagi hari, saya merasa perlu untuk mengisi energi kembali. Pada siang itu, saya dan empat rekan kerja saya yaitu, Amelia, Sultoni, Mayang, dan Dhana, berencana untuk makan siang bersama di luar kantor. Kami sepakat untuk mencoba warung makan favorit kami yang terkenal dengan menu nasi gorengnya yang lezat. Sebelum berangkat, saya menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah shalat Dzuhur di mushola kantor. Mushola kecil ini memiliki suasana yang sangat tenang, dengan dinding putih bersih dan lantunan dzikir lembut dari beberapa rekan kerja yang juga tengah melaksanakan ibadah. Saya merasa seolah mendapatkan ketenangan baru yang sangat diperlukan untuk melanjutkan hari.
Setelah menyelesaikan shalat, saya keluar dari mushola dengan perasaan yang lebih segar. Kami telah berjanji untuk bertemu di depan lift lantai dua sebelum berangkat bersama. Amelia sudah menunggu lebih dulu, mengenakan blus krem yang membuatnya terlihat ceria. Sultoni, dengan gaya santainya, sibuk bercanda tentang bagaimana ia melewatkan sarapan pagi tadi. Mayang, seperti biasa, tampil dengan semangat cerianya, sementara Dhana membawa ransel kecil di pundaknya, terlihat bersiap untuk makan siang sambil mungkin membahas rencana proyek baru. Kami berlima melangkah masuk ke lift, penuh dengan percakapan ringan dan tawa kecil yang mengiringi perjalanan menuju lobby.
Begitu tiba di lobby, kami melangkah keluar dengan semangat. Jalan menuju warung makan favorit kami tidak terlalu jauh, hanya sekitar 150 meter dari kantor. Langkah kami terasa ringan meskipun matahari bersinar cukup terik. Suasana di luar kantor dipenuhi oleh karyawan-karyawan lain dari berbagai perusahaan yang juga tampak sibuk mencari tempat makan siang. Jalanan ramai dengan lalu lalang kendaraan, tetapi angin sepoi-sepoi yang bertiup membuat perjalanan kami tetap terasa menyenangkan. Sesekali kami berhenti untuk menyeberang jalan sambil terus berbincang tentang berbagai topik, mulai dari pekerjaan, rencana akhir pekan, hingga kabar terbaru tentang tren hiburan.
Ketika tiba di warung makan favorit kami, aroma nasi goreng yang sedang dimasak langsung menyapa kami. Bau bawang putih yang digoreng, bercampur dengan harum kecap dan rempah-rempah, memenuhi udara, menggugah selera kami yang sudah lapar. Warung kecil itu cukup ramai, seperti biasa, tetapi suasananya tetap hangat dan menyenangkan. Kami segera menuju kasir untuk memesan menu favorit masing-masing. Saya memilih nasi goreng spesial dengan tambahan telur mata sapi setengah matang, sedangkan Amelia dan Mayang memesan mie goreng seafood. Sultoni memilih ayam penyet yang tampak menggoda di daftar menu, dan Dhana memilih nasi goreng pedas dengan tingkat kepedasan maksimal. Kami juga memesan minuman segar seperti es teh manis dan jus jeruk, untuk menemani dalam menyantap hidangan kami.
Setelah memesan, kami mencari meja kosong di sudut ruangan yang cukup luas untuk kami berlima. Beruntung, kami menemukan meja tersebut meskipun warung sudah cukup penuh. Sambil menunggu pesanan datang, kami melanjutkan perbincangan ringan yang penuh tawa. Sultoni mulai bercerita tentang pengalamannya yang kocak saat harus presentasi di depan atasan minggu lalu. Ia menceritakan bagaimana ia secara tidak sengaja menyebut nama bosnya dengan nama teman kuliahnya, yang membuat seluruh ruangan tertawa. Amelia, dengan antusias, berbagi rencana liburannya ke Subang akhir pekan ini, termasuk daftar tempat wisata yang ingin ia kunjungi. Mayang, seperti biasa, menjadi yang paling heboh, menambahkan komentar lucu yang membuat suasana semakin meriah.
Di tengah suasana hangat itu, saya meraih gadget dari saku celana saya untuk memeriksa notifikasi pesan yang masuk. Setelah membalas beberapa pesan penting dari keluarga dan teman, saya iseng membuka aplikasi Google Chrome untuk melihat berita terbaru. Ketika menggulir layar, saya menemukan artikel yang menarik perhatian saya: "Prabowo: 3 Bulan Kita Berhasil Beri Bukti Kebijakan yang Berpihak pada Rakyat."
Artikel itu menjelaskan bagaimana Presiden RI Prabowo Subianto mengapresiasi kinerja Kabinet Merah Putih dalam tiga bulan pertama masa kepemimpinannya. Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Prabowo menegaskan bahwa berbagai kebijakan yang diambil dalam periode tersebut telah membuktikan keberpihakan kepada rakyat.
"Saya juga terima kasih, 3 bulan kita, kita telah memberi bukti kepada rakyat kebijakan-kebijakan kita adalah kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada rakyat, berpihak kepada kepentingan negara," ujar Prabowo.
Dalam artikel tersebut, disebutkan berbagai kebijakan yang telah dilaksanakan, seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai dijalankan sejak awal Januari 2025, pembatalan kenaikan PPN 12 persen yang digantikan dengan kebijakan pembatasan pajak untuk barang-barang premium, serta bantuan sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah.Â