Mohon tunggu...
Rizwari Yudha Bathila
Rizwari Yudha Bathila Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Media Sosial

Saya sangat suka menulis dan membuat sebuah berita berkaitan dengan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lampu Kota dan Cerita Inspirasi dari Papua Pegunungan

16 Januari 2025   14:04 Diperbarui: 16 Januari 2025   14:04 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Makan Bergizi Gratis Dinikmati Siswa SMK di Papua  Pegunungan. Foto: Whataps/Pribadi

Video tersebut kemudian diunggah ke media sosial dan menjadi viral dalam waktu singkat. Banyak warganet memberikan respons positif, mengapresiasi langkah pemerintah untuk membawa makanan bergizi ke daerah-daerah yang membutuhkan.

"Alhamdulillah, sudah sampai ke Papua juga makanan bergizi gratis ," tulis akun @nidyatriarum, menggambarkan kelegaan bahwa program ini menjangkau wilayah yang seringkali luput dari perhatian.

"Lihatnya pada bahagia, alhamdulillah jadi ikut bahagia juga," ungkap @ameyleonita21, yang terharu melihat ekspresi kegembiraan anak-anak di video tersebut.

Komentar lainnya datang dari akun @anggrisstarbus, "Sampai sana aja udah bersyukur aman terkendali . Good lah, semoga bener-bener membantu."

Program ini juga dipuji karena menyasar komunitas yang tepat. "Sasaran yang tepat memberikan makanan gratis seperti ini ," tulis akun @rikiki31rikiki.

Video tersebut juga tidak hanya menjadi simbol keberhasilan program pemerintah, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa kerja keras untuk menciptakan pemerataan bisa membawa kebahagiaan bagi banyak orang. Di balik layar, program ini mengingatkan banyak pihak bahwa setiap anak Indonesia berhak mendapatkan akses makanan bergizi, tanpa terkecuali.

Saya melanjutkan membaca cerita lain dalam artikel itu. Salah satu kisah yang sangat menyentuh adalah tentang seorang siswa SD di Gorontalo yang membawa pulang makanan bergizi gratis untuk ibunya. Mereka tidak memiliki nasi di rumah, dan makanan gratis itu menjadi satu-satunya harapan bagi keluarga mereka. Kisah ini membuat saya berpikir betapa sering kita lupa bersyukur atas apa yang kita miliki.

Membaca artikel ini di tengah perjalanan pulang memberikan pelajaran berharga. Saya merenungkan betapa pentingnya rasa syukur dan empati terhadap mereka yang kurang beruntung. Di satu sisi, saya merasa terinspirasi oleh semangat anak-anak di Papua Pegunungan yang tetap penuh syukur meski hidup dalam keterbatasan. Disisi lain, saya merasa bersyukur karena masih bisa menikmati hidup yang cukup nyaman.

Motor yang saya naiki terus melaju di bawah langit malam yang penuh bintang. Sesampainya di dekat rumah, saya memandang sekeliling, merasakan kedamaian yang sulit dijelaskan. Saat tiba di depan rumah, saya turun dari motor, mengucapkan terima kasih kepada driver, dan berjalan masuk ke rumah. Malam itu, saya merasa lega, bukan hanya karena akhirnya bisa beristirahat, tetapi juga karena perjalanan hari itu memberikan saya perspektif baru tentang kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun