Pagi itu, Kamis, 09 Januari 2025, suasana mendung menyelimuti kota Jakarta. Udara terasa sejuk, dan rintik hujan masih terus turun dengan derasnya sejak malam sebelumnya. Waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB, dan saya duduk di ruang tamu, menikmati suasana pagi yang dingin dan penuh ketenangan. Dari jendela besar rumah, saya memandang keluar, menyaksikan butiran hujan yang jatuh dari langit kelabu. Jalanan tampak basah, dedaunan berkilauan tertimpa air hujan, dan atap rumah-rumah di sekitar terlihat mengkilap. Hujan membawa suasana damai, tetapi dibalik itu, ada rasa khawatir yang menggelayut di benak saya.
Pagi ini terasa berbeda karena sejak dini hari, tepatnya pukul 01.00 WIB, hujan deras telah mengguyur kota tanpa henti. Saya terbangun di tengah malam karena ingin ke kamar mandi. Ketika kaki saya menyentuh lantai, saya dikejutkan oleh genangan air yang terasa dingin. Saat itu juga, saya menyadari ada yang tidak beres. Saya langsung berjalan menuju dapur dan mendapati air mengalir dari atap yang bocor. Genangan air di lantai dapur cukup banyak, dan tetesan air dari plafon jatuh tanpa henti.
Melihat kondisi ini, saya segera bergegas mengambil ember dari gudang untuk menampung air yang menetes. Dengan cepat, saya juga mengambil kain pel dan beberapa kain bekas untuk mengepel lantai. Selama hampir dua jam, saya bolak-balik membersihkan air yang menggenang, memeras kain pel, dan membuang air dari ember. Rasanya sangat melelahkan, tetapi saya terus berusaha agar air tidak masuk lebih jauh ke area rumah lainnya.
Setelah dua jam lebih berjibaku, rasa lelah mulai menguasai tubuh saya. Akhirnya, saya memutuskan untuk istirahat sejenak di kamar. Saya merebahkan diri di atas kasur dan mencoba menenangkan diri sambil memikirkan solusi untuk mengatasi kebocoran tersebut. Di sela-sela istirahat, saya mengambil gadget yang tergeletak di atas meja samping kasur. Saya memeriksa notifikasi dan memastikan tidak ada pesan mendesak. Setelah itu, saya mulai membalas beberapa chat dari teman kerja dan grup kantor.
Tepat pukul 09.00 WIB, saya merasa perlu menginformasikan situasi ini kepada atasan saya. Saya mengirimkan pesan melalui WhatsApp, menjelaskan bahwa saya tidak bisa masuk kerja hari ini karena harus menangani kebocoran atap di dapur. Untuk memberikan bukti, saya menyertakan beberapa foto kondisi dapur yang tergenang air. Tak lama kemudian, atasan saya membalas dengan pengertian dan memberikan izin untuk saya bekerja dari rumah jika memungkinkan.
Setelah urusan izin selesai, saya kembali memeriksa gadget saya. Kali ini, saya membuka portal berita untuk mengisi waktu dan mencari informasi terkini. Saya menggulir layar perlahan, membaca beberapa artikel menarik, hingga akhirnya mata saya tertuju pada sebuah judul yang mencuri perhatian: "Martin Daniel Tumbelaka Bantu Warga Sulawesi Utara dengan Paket Sembako."
Artikel itu menceritakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh Martin Daniel Tumbelaka, anggota DPR RI Fraksi Gerindra, yang membagikan paket sembako kepada ibu-ibu janda dan lansia di Sulawesi Utara. Kegiatan ini menjadi bukti nyata perhatian Martin terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan, terutama mereka yang menghadapi tantangan ekonomi.
Dalam artikelnya, Martin menyampaikan bahwa bantuan ini adalah bentuk kepedulian kepada masyarakat kecil. "Saya berharap bantuan ini dapat sedikit meringankan beban dan memberikan manfaat nyata bagi mereka yang menerima," ujarnya. Tak hanya itu, kegiatan ini juga melibatkan simpatisan dan kader Partai Gerindra, yang bekerja sama untuk menyalurkan bantuan secara efektif dan merata.
Para penerima manfaat tampak sangat bersyukur. Salah seorang penerima, Ibu Mariana, mengungkapkan kegembiraannya. "Terima kasih kepada Pak Martin dan timnya. Bantuan ini sangat berarti bagi kami, terutama di tengah situasi sulit seperti sekarang," tuturnya dengan penuh haru.
Selain memberikan sembako, Martin juga mendengarkan langsung aspirasi warga, seperti kebutuhan akan akses layanan kesehatan yang lebih baik dan dukungan bagi usaha kecil. Martin berjanji akan membawa masukan ini ke tingkat nasional agar dapat diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang nyata.
Setelah selesai membaca artikel tersebut, saya merasa sangat terinspirasi. Kegiatan Martin mengingatkan saya akan pentingnya berbagi kepada sesama dan menjadi bagian dari solusi untuk masyarakat yang membutuhkan. Meskipun saya hanya seorang karyawan biasa, artikel ini mendorong saya untuk lebih peduli dengan lingkungan sekitar dan memanfaatkan kesempatan sekecil apa pun untuk membantu orang lain.
Menjelang siang, hujan mulai mereda. Saya kembali ke dapur untuk melihat kondisi terakhir. Meski masih ada air yang menetes dari atap, saya merasa lebih siap menghadapi situasi ini. Saya mengambil langkah untuk segera menghubungi tukang yang dapat memperbaiki atap rumah saya. Dengan semangat baru yang terinspirasi dari artikel tersebut, saya merasa bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya jika kita menghadapi dengan tenang dan penuh keyakinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H