Mohon tunggu...
Rizwari Yudha Bathila
Rizwari Yudha Bathila Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Media Sosial

Saya sangat suka menulis dan membuat sebuah berita berkaitan dengan Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Program Makan Bergizi Gratis: Makanan untuk Tubuh, Harapan untuk Masyarakat

8 Januari 2025   18:03 Diperbarui: 9 Januari 2025   15:55 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja Kuliner Lokal sibuk di dapur Makan Bergizi Gratis. Foto: Whatapps/Pribadi

Di siang hari yang cukup terang, tepatnya Rabu, 07 Januari 2025, pukul 12.30 WIB, suasana di kantor terasa cukup sejuk dan tenang. Pendingin ruangan bekerja optimal, membuat ruang kerja menjadi tempat yang nyaman untuk melanjutkan aktivitas setelah melewati pagi yang sibuk. Langit yang cerah, terlihat dari jendela besar di dekat meja kerja saya, memberikan kesan damai yang jarang saya rasakan di tengah kesibukan. Siang itu terasa istimewa, seolah memberi ruang bagi saya dan rekan-rekan untuk menikmati momen istirahat dengan lebih santai.

Setelah menyelesaikan pekerjaan yang cukup menyita energi di pagi hari, saya dan tiga rekan kerja saya yaitu, Ronny, Iwan, dan Ardhana, memutuskan untuk makan siang bersama di luar kantor. Sebelum berangkat, saya menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah shalat dzuhur di mushola kantor. Suasana di mushola terasa tenang, dengan lantunan doa dan dzikir yang menenangkan hati.

Usai shalat, kami bertemu di depan lift, masing-masing sudah membawa semangat untuk menikmati istirahat makan siang. Percakapan ringan mengiringi perjalanan kami menuju lobi kantor. Ada saja bahan obrolan yang membuat kami tertawa kecil, entah itu mengenai pekerjaan, kejadian lucu di kantor, atau sekadar guyonan khas teman sekantor.

Setibanya di lobi, kami melangkah menuju warung makan favorit yang terletak sekitar 200 meter dari kantor. Warung ini terkenal dengan ayam bakarnya yang lezat dan sambalnya yang menggugah selera. Jalanan siang itu cukup ramai, dipenuhi karyawan dari berbagai kantor yang juga sedang mencari tempat makan siang. Langkah kami terasa ringan, ditemani angin sepoi-sepoi yang sesekali bertiup, meskipun terik matahari cukup terasa di kulit.

Begitu sampai di warung, aroma khas ayam bakar yang sedang dipanggang langsung menyambut kami. Suasana di dalam warung cukup ramai, tetapi tidak membuat kami kehilangan antusiasme. Kami segera menuju kasir untuk memesan menu favorit: paket ayam bakar dengan nasi putih hangat dan es teh manis yang menyegarkan. Setelah memesan, kami mencari meja kosong untuk duduk bersama. Beruntung, kami menemukan meja di sudut ruangan yang cukup luas untuk kami berempat.

Sambil menunggu pesanan datang, kami berbincang santai. Ronny mulai bercerita tentang pengalaman lucunya saat harus presentasi di depan atasan, sementara Iwan mengangkat topik hangat tentang rencana kantor untuk mengadakan outing di akhir bulan. Ardhana, seperti biasa, menjadi yang paling cerewet di antara kami, selalu punya komentar yang membuat suasana semakin meriah. Tawa kami menggema di tengah keramaian warung, memberikan warna tersendiri dalam istirahat siang kami.

Di tengah perbincangan, saya mengambil gadget pribadi dari saku kemeja. Iseng, saya membuka aplikasi berita untuk melihat informasi terkini. Saat menggulir layar, sebuah judul artikel menarik perhatian saya: "Pelaku Kuliner Lokal Bersyukur Terlibat Makan Bergizi Gratis: Bisa Pekerjakan Masyarakat, Pedagang Sekitar." Judul itu segera memancing rasa penasaran saya, apalagi program Makan Bergizi Gratis (MBG) belakangan ini menjadi sorotan publik.

Saya mulai membaca artikel tersebut yang membahas program pemerintah yang diinisiasi oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, yaitu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bertujuan memberikan makanan bergizi kepada masyarakat yang membutuhkan, sekaligus melibatkan pelaku bisnis kuliner lokal dalam pelaksanaannya. Saya membaca dengan seksama, merasa terinspirasi oleh dampak positif yang dihasilkan dari program ini.

Artikel itu juga turut mengulas bagaimana Yayasan Bangun Gizi Nusantara, yang dimotori oleh Wong Solo Group, memainkan peran penting dalam mendistribusikan makanan bergizi ke berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam artikel tersebut, Sugiri, pengawas yayasan tersebut, mengungkapkan bahwa program ini membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar. "Kami mempekerjakan sekitar 150 orang lokal untuk mengelola dapur di Gagaksipat, Boyolali, Jawa Tengah," ujar Sugiri. Ia juga menjelaskan bahwa dapur tersebut tidak hanya menghasilkan makanan yang bergizi, tetapi juga menjadi ladang penghidupan bagi banyak orang.

Adinda, kepala produksi dapur Gagaksipat, juga memberikan kesaksiannya. Ia merasa bangga menjadi bagian dari program ini, yang tidak hanya membantu masyarakat yang membutuhkan tetapi juga memberdayakan pelaku usaha kecil dan masyarakat lokal.

"Saya merasa senang dan terbantu dengan adanya program ini. Selain itu, saya juga merasa bangga bisa ikut mensukseskan program unggulan pemerintah ini," ungkap Adinda.

Artikel tersebut semakin menarik perhatian saya ketika membahas bagaimana makanan yang disiapkan memiliki standar kebersihan dan gizi yang tinggi. Menu makanan yang disiapkan mulai dari nasi, ayam, daging, sayur, buah, hingga telur, semuanya dipastikan memenuhi kebutuhan gizi penerima manfaat. Proses pengolahannya pun dilakukan dengan standar kebersihan yang ketat. Para pekerja mengenakan hairnet, masker, sarung tangan, dan sepatu boots untuk memastikan makanan tetap higienis.

Setelah selesai membaca artikel tersebut, saya merasa tersentuh. Program ini benar-benar menunjukkan bagaimana sebuah inisiatif dapat memberikan dampak yang begitu luas, tidak hanya kepada penerima manfaat tetapi juga kepada masyarakat sekitar. Saya membagikan cerita itu kepada teman-teman saya, yang juga terlihat tertarik dan antusias mendengar informasi tersebut.

Beberapa menit kemudian, pesanan kami tiba. Aroma ayam bakar yang harum dan nasi hangat yang mengepul membuat perut semakin lapar. Kami mulai makan dengan lahap, sambil melanjutkan obrolan tentang artikel yang baru saja saya baca. Ronny berkomentar bahwa program seperti ini seharusnya terus diperluas, sementara Iwan menambahkan bahwa pemberdayaan masyarakat lokal adalah langkah yang sangat positif.

Siang itu terasa lebih dari sekadar makan siang biasa. Makanan yang kami santap, cerita yang kami bagi, dan inspirasi yang kami dapatkan dari artikel tersebut memberikan energi baru bagi kami. Setelah selesai makan, kami kembali ke kantor dengan semangat yang diperbarui, siap untuk menyelesaikan sisa pekerjaan di hari itu.

Saat melangkah kembali ke ruangan kerja, saya menyadari bahwa momen sederhana seperti ini, makan bersama teman, berbagi cerita, dan mendapatkan inspirasi, adalah hal-hal yang membuat hidup terasa lebih bermakna. Saya pun bertekad untuk lebih bersyukur atas setiap kesempatan yang diberikan, serta berharap dapat berkontribusi, sekecil apa pun, untuk membantu sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun