Mohon tunggu...
Rizwari Yudha Bathila
Rizwari Yudha Bathila Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Media Sosial

Saya sangat suka menulis dan membuat sebuah berita berkaitan dengan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kisah Bahagia di Sekolah Inklusif: Program Gizi yang Mengubah Hidup

6 Januari 2025   16:19 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:19 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Siswa/i PAUD SPS Nalika Abdi Alit antusias menyambut Program Makan Bergizi Gratis di Cimanggu, Bogor, Senin, (06/01/2025). Foto: Whatapps/Pribadi

Senin siang itu, tepatnya tanggal 06 Januari 2025, pukul 14.00 WIB, saya memutuskan untuk kembali ke kantor setelah selesai menikmati waktu istirahat makan siang. Udara di luar terasa hangat, bercampur dengan angin sepoi-sepoi yang memberikan sedikit kesejukan di tengah aktivitas yang padat. Gedung kantor tempat saya bekerja berdiri megah di tengah-tengah kota, dengan desain arsitektur modern yang selalu membuat saya terkesan setiap kali memasukinya.

Langkah kaki saya melangkah mantap menuju pintu utama gedung. Dengan kartu akses di tangan, saya mengetap kartu untuk melewati gate masuk. Suara pintu otomatis yang terbuka diikuti bunyi bip halus menandakan bahwa akses saya berhasil. Melewati gate, saya langsung disambut dengan suasana lobi yang ramai, penuh dengan rekan-rekan kerja dari berbagai divisi yang tampaknya juga baru kembali dari jam istirahat makan siang mereka.

Saya berjalan melintasi lobi, menyapa beberapa wajah yang sudah familiar, hingga akhirnya tiba di depan lift. Setelah menekan tombol untuk memanggil lift, saya menunggu beberapa saat. Suara dentingan lembut pintu lift terbuka, dan saya segera melangkah masuk bersama beberapa orang lainnya. Saya menekan tombol lantai 18, tempat ruang kerja saya berada.

Di dalam lift, suasananya tenang. Hanya terdengar suara mesin lift yang perlahan membawa kami naik ke lantai yang dituju. Beberapa orang sibuk dengan ponsel mereka, sementara yang lain berdiri dalam keheningan. Saya memanfaatkan momen ini untuk merenung sejenak, memikirkan daftar tugas yang harus saya selesaikan sore ini. Tidak butuh waktu lama, lift sampai di lantai 18. Suara pintu lift terbuka menyadarkan saya dari lamunan singkat itu.

Saya melangkah keluar dari lift, menyusuri koridor yang sudah akrab di mata saya. Cahaya dari jendela besar di sepanjang lorong memberikan penerangan alami yang menenangkan. Sesampainya di ruang kerja, saya langsung menuju meja saya, melewati beberapa rekan yang sudah sibuk di depan layar komputer masing-masing.

Setelah duduk, saya membuka laptop pribadi saya yang sudah menunggu di meja. Saya menyambungkannya ke jaringan kantor, bersiap untuk memulai pekerjaan. Namun, sebelum memeriksa email dan berkas pekerjaan yang perlu saya kerjakan, saya memutuskan untuk mengambil sedikit waktu untuk membaca berita. Membaca berita selalu menjadi kebiasaan saya di sela-sela kesibukan, terutama ketika saya merasa butuh inspirasi atau sekadar ingin mengetahui kabar terbaru.

Saya membuka salah satu portal berita favorit saya, menggulirkan halaman utama yang penuh dengan artikel-artikel menarik. Hingga akhirnya, sebuah artikel berita dengan judul berita mencuri perhatian saya: "Para Ortu ABK di Bogor Bersyukur Ada Makan Bergizi Gratis di Sekolah: Nutrisi Anak Tercukupi."

Rasa penasaran saya membuat saya segera mengklik artikel tersebut. Saya mulai membaca dengan penuh perhatian, membayangkan setiap detail yang diceritakan dalam tulisan itu. Artikel tersebut mengulas tentang pelaksanaan hari pertama Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru saja diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Program ini dirancang untuk memberikan akses makanan bergizi kepada anak-anak sekolah, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Artikel tersebut menyoroti salah satu sekolah inklusif di Cimanggu, Bogor, yaitu PAUD SPS Nalika Abdi Alit, yang juga melayani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di sekolah ini, program MBG mendapatkan sambutan yang sangat positif dari para wali murid. 

Di dalam artikel tersebut, saya membaca kisah penuh haru dari para wali murid yang merasakan manfaat langsung dari program ini. Salah satu wali murid bernama Sulistiawati Wijaya, yang merupakan orang tua dari seorang siswa ABK, mengungkapkan rasa syukurnya. Menurutnya, program ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak tetapi juga membantu mereka yang selama ini kesulitan mengatur pola makan.

"Alhamdulillah ya, sangat bersyukur banget program ini sangat membantu. Mudah-mudahan terus berlanjut kedepannya. Anak-anak kami nutrisinya lebih terpenuhi dan tercukupi. Anak-anak juga jadi teratur makannya, yang tadinya susah makan karena di sekolah bersama teman-temannya jadinya terbawa untuk makan," kata Sulistiawati.

Wali murid lainnya, Santi Nurhayati, juga mengungkapkan antusiasmenya terhadap program ini. Ia merasa program ini tidak hanya meringankan beban orang tua, tetapi juga memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi yang sesuai.

"Kami sudah menunggu momen ini, karena satu, meringankan beban ortu. Juga anak-anak bisa makan sesuai dengan porsi dan gizinya cukup," ujar Santi.

Kartini Nasution, wali murid lainnya, memberikan komentar yang juga penuh harapan. Ia mengatakan bahwa anaknya yang biasanya pilih-pilih makanan kini mulai terbiasa makan menu yang disediakan melalui program ini.

"Anak kami sering pilih-pilih menu kalau makan. Tapi lewat program ini, apapun menunya jadi dimakan," tuturnya.

Selain itu, para wali murid juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo atas inisiatif ini. Mereka mendoakan agar program ini terus berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang lebih luas di masa depan.

Sambil membaca berita tersebut, saya merasakan campuran emosi antara haru dan kagum. Program MBG ini tidak hanya memberikan makanan bergizi, tetapi juga membawa harapan baru bagi banyak keluarga, terutama mereka yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Bagi saya, berita ini menunjukkan bahwa langkah kecil yang dilakukan oleh pemerintah dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat. Dan juga mengingatkan saya bahwa ada banyak cara untuk membawa perubahan positif di masyarakat, bahkan melalui langkah-langkah kecil yang tampaknya sederhana.

Saya membayangkan bagaimana bahagianya anak-anak yang mendapatkan makanan bergizi di sekolah. Mereka tidak hanya mendapatkan asupan nutrisi yang memadai, tetapi juga merasakan kebersamaan saat makan bersama teman-teman mereka. Bagi banyak orang, hal ini mungkin terdengar biasa, tetapi bagi mereka yang kurang beruntung, ini adalah sebuah kemewahan yang sangat berarti.

Program seperti MBG ini juga menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. Dengan bekerja bersama-sama, kita bisa memastikan bahwa generasi mendatang mendapatkan dukungan terbaik untuk tumbuh dan berkembang.

Untuk diketahui, program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan Prabowo ini sudah mulai berjalan di 26 provinsi di Indonesia dari Aceh, Bali, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, D.K.I. Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I. Yogyakarta, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, hingga Papua Barat dan Papua Selatan.

Setelah selesai membaca artikel tersebut, saya menutup halaman berita dan mulai membuka email pekerjaan saya. Namun, pikiran saya masih dipenuhi dengan refleksi tentang program MBG ini. Berita tersebut memberikan saya motivasi baru untuk bekerja lebih baik. Dalam hati, saya berdoa semoga program ini terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas untuk masyarakat Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun