Senin siang, tepatnya tanggal 06 Januari 2025, pukul 12.00 WIB, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu di sebuah cafe angkringan yang terletak tidak jauh dari kantor tempat saya bekerja. Tempat ini sudah menjadi favorit saya sejak pertama kali mencobanya beberapa bulan yang lalu. Atmosfernya yang nyaman, menu sederhana namun lezat, serta keramahan para stafnya membuat saya selalu ingin kembali. Terlebih lagi, angkringan ini menawarkan suasana yang khas dengan sentuhan tradisional, seperti lampu-lampu kecil yang menggantung di pepohonan, menambah keindahan yang enak di pandang oleh mata.
Hari itu, saya memesan seporsi nasi kucing, beberapa tusuk sate bakar, dan segelas es kopi susu, menu yang selalu saya pesan setiap kali datang ke sini. Setelah memesan, saya segera mencari tempat duduk yang nyaman. Pilihan saya jatuh pada bangku kayu di bawah sebuah pohon rindang di sudut cafe. Tempat itu memberikan keteduhan yang sempurna, ditambah suara gemerisik dedaunan yang tertiup angin menambah ketenangan siang itu.
Sambil menunggu pesanan tiba, saya merogoh saku celana dan mengambil gadget pribadi. Seperti kebiasaan saya setiap kali memiliki waktu luang, saya membuka aplikasi berita dan mulai menjelajahi berbagai artikel terbaru. Berita-berita ringan tentang gaya hidup, ekonomi, hingga kebijakan nasional menjadi santapan saya saat itu.
Berita yang Menginspirasi
Ketika saya sedang asyik membaca, sebuah judul berita mencuri perhatian: "Senyum Lebar Siswa SD di Boyolali Nikmati Makan Bergizi Gratis: Bisa Hemat Uang." Judul tersebut langsung membuat rasa penasaran saya muncul. Saya segera mengklik artikel itu dan mulai membaca dengan saksama.
Berita itu mengulas tentang pelaksanaan hari pertama Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Program ini menjadi salah satu program unggulan pemerintah yang mulai berjalan serentak di 190 titik di seluruh Indonesia, menjangkau 26 provinsi. Salah satu lokasi yang menjadi sorotan adalah SDN 1 Donohudan di Boyolali, Jawa Tengah.
Di sekolah tersebut, sebanyak 136 siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 menikmati menu makanan yang telah dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka. Menu tersebut terdiri dari nasi, daging, sayur, dan susu dengan komposisi yang cukup lengkap untuk menunjang aktivitas dan pertumbuhan anak-anak.
Cerita Bahagia dari Boyolali
Salah satu cerita yang menarik perhatian saya adalah dari seorang siswa kelas 5 bernama Ataya. Dalam berita itu, ia dengan antusias menceritakan pengalamannya mencicipi menu dari program MBG. "Enak sekali," ucapnya sambil tersenyum lebar. Sebelum adanya program ini, Ataya biasanya menggunakan uang jajannya untuk membeli makanan di kantin. Namun, kini ia merasa sangat senang karena uang jajannya kini bisa dihemat atau digunakan untuk keperluan lainnya.
Tidak hanya Ataya, dua teman sekelasnya, Rifky dan Alfiano, juga berbagi kesan mereka. Keduanya merasa program ini membawa manfaat besar, terutama karena mereka bisa makan bersama teman-teman dengan menu yang sehat dan bergizi. "Senang sekali bisa makan bersama teman-teman. Seru rasanya," ujar Rifky dengan semangat.
Alfiano bahkan menyampaikan harapannya agar program ini terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi generasi muda. "Harapannya semoga Indonesia terus semakin maju dan menjadi negara yang kuat," katanya dengan penuh optimis.
Program yang Memberdayakan Banyak Pihak
Saya melanjutkan membaca bagian lain dari berita tersebut, yang menjelaskan bagaimana program ini diimplementasikan. Program MBG ini dikelola oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), unit pelaksana yang berada di bawah naungan Badan Gizi Nasional (BGN). Setiap SPPG dilengkapi dengan tim profesional, termasuk seorang ahli gizi yang bertugas memastikan setiap menu memenuhi standar gizi yang ditetapkan, dan seorang akuntan untuk memastikan kualitas makanan serta distribusi yang tepat sasaran.Â
Selain itu, standar kebersihan dan pengelolaan limbah juga menjadi perhatian utama. SPPG juga bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan dapur dan pengelolaan limbah, menjadikan program ini tidak hanya ramah kesehatan tetapi juga ramah lingkungan. Misalnya, Nampan Penyajian, dirancang menggunakan bahan stainless steel yang dapat digunakan ulang, sehingga mendukung keberlanjutan lingkungan.
Tidak hanya bermanfaat bagi penerima program, MBG juga memberikan dampak positif dari program ini juga dirasakan oleh sektor ekonomi lokal. Pemerintah melibatkan UMKM, petani, dan koperasi dalam rantai pasok kebutuhan dapur MBG, menciptakan peluang kerja baru sekaligus menggerakkan roda perekonomian daerah.
Refleksi di Siang yang Tenang
Ketika pesanan saya akhirnya tiba, saya menutup aplikasi berita dan meletakkan gadget di samping. Piring nasi kucing dengan tambahan sate bakar tersaji di depan saya, ditemani segelas es kopi yang tampak menggoda. Sambil menikmati makanan, pikiran saya masih terpaku pada berita tentang program MBG.
Saya membayangkan bagaimana senyum lebar anak-anak seperti Ataya, Rifky, dan Alfiano, yang menjadi penerima manfaat program ini. Program ini tidak hanya memberikan asupan bergizi, tetapi juga menciptakan momen kebersamaan yang berharga bagi anak-anak sekolah. Dalam benak saya, program seperti ini adalah langkah nyata yang menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap masa depan generasi muda.
Siang itu terasa lebih dari sekadar waktu santai di angkringan. Ada rasa haru dan inspirasi yang menyelimuti saya setelah membaca berita tersebut. Sebagai bagian dari masyarakat, saya merasa optimis bahwa inisiatif seperti ini dapat membawa perubahan besar bagi bangsa. Dalam hati, saya berharap program MBG terus berkembang, menjangkau lebih banyak daerah, dan memberikan manfaat yang lebih luas lagi.
Saya berharap program seperti MBG terus berjalan dan berkembang, menjangkau lebih banyak orang yang membutuhkan. Dan di masa depan, saya ingin turut serta berkontribusi, sekecil apa pun itu, untuk mendukung inisiatif yang membawa manfaat besar bagi bangsa ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI