Mohon tunggu...
Rizwari Yudha Bathila
Rizwari Yudha Bathila Mohon Tunggu... Administrasi - Staff Media Sosial

Saya sangat suka menulis dan membuat sebuah berita berkaitan dengan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dari Tanah Subur ke Kedaulatan Pangan: Kisah Lumbung Pangan Humbang Hasundutan dan Transformasi Petani Lokal

17 Desember 2024   16:02 Diperbarui: 17 Desember 2024   16:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kala itu cuaca sedang terik dan panas, tepatnya tanggal 16 Desember 2024, pukul 12.05 WIB, saya sedang berjalan menuju kantin untuk istirahat makan siang. Saat saya sudah memesan menu makanan dan minuman untuk saya makan siang, saya langsung mencari tempat duduk. Saat sambil menunggu makanan dan minuman yang saya pesan datang, saat saya sedang men scroll hp saya, tidak sengaja saya membaca sebuah artikel berita dari Kantor Komunikasi Kepresidenan. Saya akan menceritakan tentang Program dari Presiden Prabowo Subianto yaitu Program Lumbung Pangan yang berada di daerah Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Di lereng-lereng indah kaki perbukitan Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, sebuah perubahan besar tengah terjadi, deretan ladang kentang, jagung, dan kubis terhampar sejauh mata memandang. Melalui Program Lumbung Pangan, yang difokuskan pada pengembangan hortikultura, sebuah harapan baru kini tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Program ini tidak hanya tentang pertanian, tetapi juga tentang kesejahteraan yang membaik bagi lebih dari 368 petani di tiga desa: Hutajulu, Ria-ria, dan Parsingguran 1.

Pembangunan lumbung pangan yang memanfaatkan lahan seluas 435,08 hektar ini bukanlah sekadar proyek pertanian. Di dalamnya terjalin upaya memberdayakan masyarakat setempat agar mereka dapat menciptakan ekosistem pertanian yang produktif dan berkelanjutan. Dengan berbagai skema pengerjaan mulai dari lahan riset, kerja sama dengan swasta, hingga lahan milik masyarakat program ini memungkinkan masyarakat untuk memperoleh penghidupan yang lebih baik tanpa harus mencari pekerjaan di luar wilayah mereka.

Di antara lahan seluas 435 hektar tersebut, terselip salah satu kisah yang menggugah datang dari seorang petani John Les Lumbuun, seorang petani berusia 42 tahun dari Desa Ria-ria. Dengan senyum bangga, John Les Lumbuun menceritakan perjalanannya. 

Sejak 2020, saat Program Lumbung Pangan mulai digulirkan, John mulai menggarap lahannya dengan serius. Fokus utama pertaniannya adalah budidaya kentang granola, sebuah komoditas yang memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan kentang industri, yakni mencapai Rp8.000 per kilogram. Dengan menerapkan teknik rotasi tanaman, John berhasil menjaga kualitas tanah sambil meningkatkan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Kini, bukan hanya sekedar bertahan hidup, John dan petani lainnya mulai merasakan peningkatan kesejahteraan. Mereka tidak hanya mampu membiayai kegiatan pertanian mereka, tetapi juga dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Dalam wawancara dengan staf komunikasi kepresidenan, John, petani berusia 42 tahun yang telah menjadi bagian dari program Lumbung Pangan Humbang Hasundutan sejak 2020, menceritakan perubahan besar dalam kehidupannya. "Dulu saya hanya menanam untuk bertahan hidup. Sekarang, hasil panen ini tidak hanya cukup untuk keluarga, tapi juga untuk menabung dan memperbaiki rumah," ungkapnya dengan rasa syukur.

Lumbung pangan ini adalah inisiatif besar untuk mendorong ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Melalui skema kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan swasta, program ini membuka peluang bagi petani seperti John untuk mengelola lahan secara mandiri dengan dukungan riset dan teknologi pertanian modern.

Petani dan Masa Depan Baru

Bukan hanya John yang merasakan dampak positif program tersebut. Laos Marune Rumabutar, seorang petani perempuan yang bekerja di lahan kentang industri, turut merasakan perubahan signifikan. "Sekarang kami tidak perlu pergi jauh untuk mencari pekerjaan. Di sini, kami bisa hidup lebih baik dengan hasil kerja keras sendiri," katanya penuh keyakinan, seperti dikutip dari komunikasi kepresidenan.

Program ini juga mengajarkan praktik pertanian berkelanjutan. Rotasi tanaman, seperti yang dilakukan John, membantu menjaga kesuburan tanah sambil memastikan produktivitas tetap tinggi. Harga jual kentang granola yang mencapai Rp8.000 per kilogram, lebih tinggi dari harga pasar industri, memberikan tambahan pendapatan yang signifikan bagi petani lokal.

Menghadapi Tantangan Nasional

Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Dedek Prayudi, menyoroti urgensi pembangunan lumbung pangan dalam mengatasi tantangan ketahanan pangan nasional. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia kehilangan 40.000 hektar lahan pertanian setiap tahunnya, sementara pertumbuhan penduduk terus mendorong peningkatan kebutuhan pangan. "Lumbung pangan ini adalah langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan impor dan menjaga stabilitas harga," jelas Dedek Prayudi.

Dalam konteks geopolitik yang tidak menentu, seperti pembatasan ekspor beras oleh India, program ini menjadi pilar penting dalam memastikan kemandirian pangan Indonesia. Tidak hanya menjadi sumber pangan, lumbung ini juga menjadi bukti bahwa kedaulatan pangan dapat dimulai dari komunitas lokal.

Harapan yang Tumbuh di Tanah Subur

Keberadaan lumbung pangan di Humbang Hasundutan tidak hanya sekedar mengatasi masalah pangan, program ini juga membantu meningkatkan pendapatan para petani. Seiring dengan peningkatan pendapatan, masyarakat semakin merasakan perubahan yang positif dalam hidup mereka. Lumbung pangan Humbang Hasundutan kini menjadi simbol harapan dan kesempatan bagi petani lokal untuk meraih kesejahteraan yang lebih baik. Dengan pendapatan yang meningkat, para petani mulai melihat masa depan yang lebih cerah. Anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan, dan kehidupan sehari-hari menjadi lebih stabil.

Laos menambahkan, "Lumbung pangan ini bukan sekadar program pertanian, ini adalah jalan menuju kehidupan yang lebih baik bagi kami," seperti dikutip dari komunikasi kepresidenan.

Di tengah perbukitan yang sejuk dan ladang yang subur, harapan baru terus bertumbuh. Lumbung Pangan Humbang Hasundutan adalah langkah nyata bahwa dengan kerja sama dan pemberdayaan masyarakat, sebuah wilayah kecil dapat berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, memperkuat perekonomian lokal, dan memberikan masa depan yang lebih cerah bagi petani dan masyarakat setempat. 

Di sini, di tanah Humbang Hasundutan, para petani tidak hanya menanam tanaman, tetapi juga keberlangsungan hidup petani lokal kini terjamin, dan harapan untuk kesejahteraan yang lebih baik semakin dekat terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun