Conversation Analisis
Metode yang kedua ialah dialogue analysis. Sebenarnya, metode evaluasi ini cukup efektif. Namun, tidak banyak yang menggunakannya karena keterbatasan terhadap pengetahuan teknologi yang digunakan. Mungkin kamu pernah melihat media sosial yang memiliki pengikut banyak dan sering ditandai. Akan tetapi memiliki interaksi yang sedikit.
Misalnya saja dalam kolom komentar, interaksi di wall, dan sebagainya. Di sinilah tahapan dialogue analysis berusaha bagaimana memagami kata yang sering digunakan audiens saat berkomunikasi. Untuk tolok ukur ini ada pula yang dikenal dengan analisis emotions. Adapun yang termasuk di antaranya adalah tone positif, netral, hingga tone negation.
Tone positif adalah komnetar dari audiens yang merasa puas dengan apa yang diberikan oleh brand dan merasa konten yang dibagikan berguna. Kemudian, untuk sound negatif adalah dapat dilihat berapa banyak audiens tidak menyukai atau kecenderungan kecewa dengan konten yang dibagikan.
Network Analysis
Metode evaluasi yang terakhir adalah network analysis. Banyak bran berusaha menggunakan jaringan untuk mengembangkan produk mereka agar semakin dikenal luas di masyarakat. Misalnya saja keefektifan konten yang dipublikasikan dengan menggunakan jasa influencer. Mengingat influencer memiliki jumlah pengikut yang cukup besar sehingga lebih mudah untuk mempengaruhi konsumen.
Pengalaman saya saat membuat konten di youtube saat ada tugas kuliah saya membuat tutorial masaka nasi goreng itu pertama kali saya membuat konten yang di upload di youtube cuma alat seadanya pakai hp. Kekurangan konten saya yang saya buat munkin video resolusinya kurang bagus karena saya hanya pakai handphone. Tapi lebih dari cukup, pakai alat seadanya bisa membuat konten ada rezeki update alat perkontenan agar kualitas vidionya lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H