Mohon tunggu...
Wira Sarwa Yudha
Wira Sarwa Yudha Mohon Tunggu... Penulis - Freelance Writer

26 Oktober 2002 Magelang, Pekalongan, Mengwi, Surabaya, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Persatuan dan Kesatuan

7 Oktober 2021   21:48 Diperbarui: 14 Juni 2023   15:05 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semangat persatuan dan kesatuan merupakan bentuk dari semangat Pancasila yang kemudian diterapkan dalam kehidupan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia. Pancasila merupakan suatu nilai yang memberikan dasar-dasar yang bersifat Fundamental dan Universal baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan begitu, Pancasila dijadikan pedoman pada generasi milenial untuk tetap menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Di era milenial ini, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Misal, kurangnya kesadaran pada pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Adanya perbedaan pendapat satu sama lain mengenai persatuan dan kesatuan bangsa. Terlalu mementingkan suku, golongan, atau agama di atas kepentingan bersama. Adanya pengaruh budaya dari luar yang memengaruhi pemahaman akan persatuan dan kesatuan bangsa.

Namun, dari semua itu, hal yang paling berbahaya dan merepotkan adalah berita hoaks yang semakin mudah diakses. Siapa saja bisa menulis, siapa saja bisa menyebarkan, dan siapa saja bisa membaca.

Jangan heran, kita sedang berada di zaman peradaban baru yang didominasi oleh "perang urat saraf". Apa-apa pakai teknologi. Tentu, teknologi yang terus terbarukan adalah anugerah Tuhan bagi manusia. Pada satu sisi, dengan adanya temuan dan teknologi yang semakin canggih akan semakin memanjakan dan memudahkan kita melakukan aktivitas dan pelayanan. Sebaliknya, dengan hadirnya teknologi terbarukan tersebut dapat menciptakan persoalan-persoalan baru yang menyeramkam. Inilah yang sedang mengemuka saat ini. Pemanfaatan media sosial yang kuat akan menjadi pemenang, baik dari sisi positif maupus sisi negatifnya. Penguasaan media cetak dan media elektronika yang semakin canggih memberikan referensi bahwa tantangan kita tidaklah sedikit. Teknologi dapat mengangkat derajat kehidupan manusia, tetapi pada saat yang sama pula, perkembangan ilmu teknologi tersebut membuat Pancasila sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi.

Berita hoaks satu paket dengan intoleransi. Intoleransi adalah tindakan yang tidak toleran atau tidak memiliki tenggang rasa. Intoleransi ini sering dihubungkan dengan kepercayaan atau praktik agama lain. Dalam beberapa sumber, fakta menyebutkan bahwa tindak intoleransi beragama di Indonesia meningkat. Intoleransi ini sesungg merupakan buah dari kelalaian anak. bangsa untuk menjaga nilai, menjaga panji, menjaga semangat Pancasila yang merupakan buah dari kesepakatan bersama.

Intoleransi satu paket dengan radikalisme. Radikalisme pada umumnya diartikan sebagai paham yang menghendaki terjadinya perubahan signifikan dalam bidang politik dan juga sosial. Pendekatan yang dipakai dengan cara ekstrim/kekerasan yang berpotensi terjadinya konflik. Bentuk perwujudan dan gerakan radikalisme bervariasi. Dalam tulisan Ahmad Jainuri dikatakan bahwa radikalisme dari perspektif pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang dinilainya sebagai yang paling benar dan menganggap yang lain salah. Ia sangat tertutup, biasanya sulit berinteraksi dan hanya saling berbicara dengan kelompoknya sendiri. Orang yang memiliki pandangan seperti ini biasanya tidak menerima pemikiran orang lain, selain pikiran dan kelompoknya sendiri. Otoritas pengetahuan yang dimilikinya dikaitkan dan diperoleh dari figur tertentu yang dinilai tidak dimiliki oleh orang lain. Karena itu, biasanya kaum radikal tidak menerima figur lain sebagai sumber rujukan pengetahuannya. Dalam dialog biasanya ia tidak ingin memahami keanekaragaman pendapat yang dimiliki orang lain, tetapi ingin menyatukan pandangan yang berbeda itu dengan pandangan dan pendapat menurut standar diri sendiri, bahkan dengan memaksakan kehendak. Pada sisi lain, radikalisme tindakan dan gerakan ditandai oleh aksi ekstrem yang harus dilakukan untuk mengubah suatu keadaan seperti yang diinginkan. Contoh dalam bidang politik seperti tindakan makar, revolusi, demonstrasi, dan protes sosial yang anarkis.

Radikalisme satu paket dengan Terorisme. Terorisme dalam kaitan ini diartikan sebagai, tindakan kekerasan atau ancaman untuk melakukan tindakan kekerasan yang ditujukan kepada sasaran acak (tidak ada hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada kerusakan, kemiskinan, kematian, ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan massal.

Kata-kata yang diketik tanpa disaring, diposting tanpa pikir, kemudian dibaca dan dikomentari banyak orang yang entah tahu atau tidak tentang apa yang mereka komentari. Konten-konten yang sengaja diposting guna menggegerkan khalayak ramai demi mendapat perhatian dan pundi-pundi emas. Terlihat sangat sepele sekali. Tapi, nyatanya, sebaris dua baris kata di kolom media sosial yang diketik kurang dari satu menit dan hanya menghabiskan tidak lebih dari lima ratus rupiah itu memiliki dampak yang sangat amat mengerikan.   

Untuk membatasi diri dari pengkisisan jati diri bangsa akibat pesatnya perkembangan teknologi dan upaya-upaya memecah bangsa, maka bangsa ini harus kembali kepada Pancasila. Langkah antisipasi ini dapat dilakukan dengan memperdalam Pendidikan Agama. Agama harus menjadi peranan penting untuk membentuk ketakwaan pada diri generasi muda Indonesia, pendidikan Pancasila yang harus ditanamkan sehingga dapat menjadi pedoman dan landasan bagi generasi muda, menumbuhkan kesadaran dalam diri generasi muda Indonesia untuk membangkitkan semangat Pancasila, menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dan keyakinan dengan sebaik-baiknya, menumbuhkan semangat nasionalisme, contohnya mencintai produk dalam negeri, dan yang terakhir adalah lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi, maupun budaya bangsa.

Selain penguatan Pancasila, konsep Bhinneka Tunggal Ika juga perlu dikuatkan. Agar persatuan dan kesatuan warga negara Indonesia tetap terjaga. Dilansir dari buku Pendidikan Kewarganegaraan (2020) karya Damri dan Fauzi Eka Putra, beberapa cara lain untuk mengatasi ancaman di bidang ideologi dan politik, yaitu: Mengembangkan demokrasi politik Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan perannya secara benar Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara mengegakkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa Menegakkan supremasi hukum Memperkuat posisi Indonesia di kancah politik internasional.

Sosialisasi tentang nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sangat diperlukan agar generasi milenial yang akan menjadi penerus bangsa ini tidak lupa dan bisa terus menjaga jati diri Bangsa Indonesia. Mengingat bahwa di era industri 4.0 ini, para generasi millenial akan dituntut untuk berlomba-lomba menciptakan inovasi dan juga berpikiran kreatif sehingga dikhawatirkan banyak remaja akan mulai melupakan jati diri Bangsa Indonesia. Berkembangnya ilmu teknologi menjadi pengaruh terbesar dalam perubahan karakter dan juga tingkah laku generasi milenial.

Perlu diingat, upaya mengatasi ancaman di bidang pertahanan dan keamanan merupakan tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia. Kita bisa mulai dari hal sederhana seperti mencintai diri sendiri,  keluarga, lingkungan dan negara  dan  melaksanakan nilai-nilai pancasila. Itu secara tidak langsung dapat mempertahankan Persatuan dan Kesatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun