Mohon tunggu...
Yudha Abubakar
Yudha Abubakar Mohon Tunggu... Lainnya - A simple man

A traveler, tennis player, scriptwriter, music lover and food addict.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Swedia, Kenapa Tidak!

17 Juli 2014   07:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:06 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/kompasiana (kompas.com/apsu.edu/Synthia Clark)

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="ilustrasi/kompasiana (apsu.edu/Synthia Clark)"][/caption] Jika ada yang memberitahuku tentang Swedia delapan tahun yang lalu, mungkin pilihanku untuk bersekolah di Amerika Serikat akan berubah. Swedia hanya aku kenal lewat budaya kontemporer semata, yang gaungnya aku dengar dari kisah sukses musisi seperti ABBA dan Roxette yang sukses menggebrak panggung musik dunia, atau legenda tennis seperti Bjorn Borg. Lebih dari itu, Swedia merupakan negara yang sangat asing di telinga. Ibarat bunga, aku hanya mengenal warna tapi tidak mampu merasa dan mencium semerbak aroma khasnya. Beruntunglah aku mengenal sosok Daniel Johansson, Deputy Head of Mission Swedish Embassy for Indonesia. Lewat persahabatan dengannya pengetahuanku tentang negara ini terbuka. Swedia merupakan negara kerajaan atau yang dalam bahasa Swedia disebut Konungariket Sverige atau masyarakat dunia lebih mengenalnya sebagai negara nordik bagian dari Skandinavia dengan ibukota negara Stockholm. Swedia termasuk kedalam perkumpulan Uni Eropa, yang berbatasan dengan Norwegia dibagian barat dan Finlandia di bagian timur laut. Penduduk Swedia menggunakan bahasa Swedia atau Svenska sebagai bahasa resmi, namun demikian mayoritas penduduknya mampu berbahasa Inggris dengan baik. Selama menjalin persahabatan dengan Daniel, ada hal kecil yang menarik yang aku pelajari terutama tentang pendidikan tingkat lanjut (Universitas) di negara tersebut. Swedia memiliki puluhan dan mungkin ratusan universitas dengan kredibilitas baik di dunia. Universitas seperti Uppsala University  berlokasi di kota Uppsala yang didirikan pada tahun 1477 yang  merupakan salah satu universitas tertua di Swedia tidak henti-hentinya menelurkan banyak sekali tokoh -tokoh hebat disegala bidang seperti Dag Hammarskjöld (1905–1961), mantan Secretary General PBB yang meraih nobel perdamaian tahun 1961, atau Niklas Zennström, co-founder ofKaZaA and Skype. Selain Uppsala, Lund  University  juga menjadi ikon pendidikan Swedia berikutnya.  Lund University menjadi kiblat masyarakat Eropa selama ratusan tahun dalam menempuh studi dibidang pendidikan dan riset. Lund University sendiri secara konsisten terus berada di peringkat seratus besar universitas dunia. Selain Uppsala dan Lund university, Swedia masih memiliki berbaris universitas terbaik lainnya seperti Stockholm University, Gothenburg, Royal Institute of Technology, Linkoping dan masih bank lagi. Yang menarik tentang belajar di Swedia bukanlah  pada pilihan universitasnya  atau pengalaman menjelajah kota ke kota selama belajar disana. Hal yang paling menarik tentang melanjutkan studi  di Swedia adalah bagaimana kita mampu mengembangkan diri diantara mahasiswa lokal yang terkenal sebagai individu yang boleh dikata tertutup untuk bangsa lain terutama Asia. Bagaimana konsekuensi interaksi sosial yang akan semakin terbatas dengan masyarakat Indonesia serta kemampuan menaklukan keadaan geografis negara, perbedaan kultur serta bahasa. Mungkin pilihan saya ketika belajar di Amerika Serikat atau negara lain seperti UK, Perancis, Belanda, Jepang, Jerman memiliki tantangan yang secara akademis dan sosial yang tidak terlalu significant. Banyak hal yang orang Indonesia pelajari tentang negara tersebut lewat televisi, radio, majalah dan lainya. Belajar ke negara-negara seperti USA, Perancis, UK dan negara Eropa Barat lainnya juga memiliki kemudahan tersendiri dengan akses informasi yang tersedia cukup baik di Indonesia lewat pusat budaya dan berbagai macam kegiatan, namun tidak demikian dengan Swedia. Kemudahan yang kebanyakan masyarakat Indonesia peroleh saat melanjutkan pendidikan kenegara diatas tentunya dikarenakan informasi dan keeratan hubungan diplomasi antara Indonesia dan negara-negara tersebut yang terjalin cukup baik, bukan berarti Indonesia tidak memiliki hubungan Diplomasi yang baik dengan Swedia, namun promosi serta informasi tentang negara ini masih belum begitu terdengar negara kita. Belajar di Swedia memiliki tantangan transisi dan penyesuaian kehidupan belajar yang jauh lebih rumit bagi masyarakat Indonesia. hal ini di satu sisi yang menyebabkan banyak sekali orang Indonesia yang enggan memilih Swedia sebagai pilihan tempat belajar. Namun, jika di lihat dari kacamata yang berbeda, hal ini justru bisa memberikan satu pengalaman unik dan berharga yang tidak bisa kita dapatkan di negara lain. Adaptasi belajar di Swedia tentu bukan hanya soal bahasa seperti di Perancis, Jerman atau Italia dimana masyarakat Swedia mampu berbahasa Inggris dengan baik. Tidak juga soal adaptasi sistem pendidikan yang secara luas hampir sama dengan sistem pendidikan dimanapun. Belajar di Swedia menurutku menuntut lebih banyak komitmen diri,  integritas dengan masyarakat yang mayoritas keras serta tertutup, serta kemampuan bersinergi dengan iklim dan alam yang sangat menantang. Belajar ke Swedia harus melalui fase persiapan yang lebih banyak di banding negara seperti USA, UK dan perancis misalnya. Persiapan itu tidak hanya soal akademis, pemahaman linguistik tetapi juga melibatkan persiapan non akademik seperti pemahaman akan kota-kota di Swedia, komunitas sosial, persiapan mental, latar belakang sejarah serta kemampuan memahami perbedaan ras dan keunikan masyarakatnya. belum lagi ditambah kemampuan beradaptasi dengan iklim yang jauh lebih menantang seperti saat musim panas yang waktu sianganya lebih lama dan sebagainya. Seandainya delapan tahun lalu aku memiliki akses atau kesempatan belajar di Swedia, terus terang aku akan mengambil kesempatan itu. Bukan berarti belajar di Amerika Serikat tidak menyenangkan, belajar di Amerika tentu merupakan pengalaman yang sangat berharga, namun aku merasa kapanpun aku mau belajar di Amerika Serikat tentu bukan perkara sulit selama secara financial mampu mencukupi. Tidak demikian dengan belajar di Swedia, pilihan belajar kesana akan menjadi pilihan yang melewati pemikiran matang ditengah banyaknya kesempatan beasiswa untuk belajar kenegara maju lainnya.  Artinya siapa saja yang memutuskan untuk bejar ke Swedia,  merupakan individu yang memiliki komitmen diri kuat untuk belajar dan menaklukan tantangan. Ibarat bahasa budaya modern sekarang Swedia bukan merupakan hal Mainstream yang banyak orang mau. Kalau saja aku memiliki kesempatan untuk belajar di Swedia, aku akan memiliki banyak sekali kesempatan dan menambah wawasan baru tentang negara, bagaimana politik di Swedia, perkembangan kultur masyarakat serta mempelajari words of wisdom masyarakat setempat. Tentu saja, saat pulang kembali ke Indonesia saya akan menjadi individu yang memiliki kelengkapan pengalaman studi yang lebih kaya daripada saat saya kembali sehabis belajar di Amerika Serikat. Saat ini Swedia tengah gencar mempromosikan dan mengenalkan pendidikannya kepada masyarakat Indonesia. Dengan harapan akan semakin banyak pelajar Indonesia yang tertarik belajar di Swedia. Kemasan promosi ini juga dibalut dengan tema kemanusian, lingkungan, kultur serta persahabatan yang hangat antara Swedia dan Indonesia, serta penawaran beasiswa kepada mahasiswa-mahasiswa terbaik. Hal ini tentu merupakan cara positif dalam memperkaya pemikiran masyarakat Indonesia untuk melanjutkan studi mereka. Dalam sebuah kesempatan Daniel Johansson pernah berujar bahwa tidak penting dari mana kita belajar, yang terpenting adalah bagaimana kita menerapkan apa yang kita pelajari bagi kemajuan negeri serta bagaimana kita menjadi sosok yang tangguh dan mampu diandalkan setelah program studi itu berakhir. Dan Swedia merupakan negara yang mampu menjembatani hal itu, artinya sukses secara akademik dan sukses secara Individu dan pengalaman. Menurut saya negara manapun pada akhirnya juga bukan masalah penting, selama niat itu benar-benar untuk menimba ilmu. Namun, diantara pilihan "mainstream" masyarakat Indonesia akan negara-negara seperti USA,UK sebagai destinasi belajar, tampaknya Swedia mampu menjadi alternatif atau bahkan pilihan utama dalam melanjutkan studi. Ibarat pepatah kuno "belajarlah sampai ke negeri China", so belajar ke Swedia, Kenapa Tidak !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun