Mohon tunggu...
Yuda Ady Baskara
Yuda Ady Baskara Mohon Tunggu... Animator - mahasiswa

saya berasal dari kabupaten blorajawa tengah

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemanfaatan Jerami Padi Menjadi Kompos

15 Maret 2019   12:44 Diperbarui: 15 Maret 2019   13:06 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Negara kita Indonesia dikenal sebagai negara agraris, atau penghasil padi yang besar dengan lahan persawahan tersebar di seluruh penjuru negeri dari Sumatra sampai ujung timur Indonesia yaitu papua semua bisa di tanami padi . Namun sayangnya, belakangan ini ada penelitian yang mengungkapkan bahwa kandungan unsur hara pada lahan sawah kian hari kian menipis, di karenakan penggunaan bahan kimia yang dapat merusak tanah.

Padi atau tanaman di lahan persawahan menyerap unsur hara dari dalam tanah dan dengan bantuan CO2, mengubah unsur hara tersebut menjadi senyawa komplek pembentuk batang, daun, serta bulir-bulir beras. Proses ini berlangsung terus menerus dan mengakibatkan menipisnya kandungan hara di tanah. Para petani biasa menambal kekurangan zat hara tersebut dengan penggunaan pupuk kimia, sayangnya malah berdampak buruk pada ekosistem dalam tanah yang mengakibatkan tanah kurang subur lagi. 

Bayangkan saja, di pulau Jawa kondisi unsur hara tersebut menurun hingga mampu mencapai angka 1 % saja, padahal idealnya kandungan bahan organik haruslah 5 %. Kondisi ini berdampak sistematik pada sejumlah persoalan tanah serta produktivitas pertanian, diantaranya:  

Efisiensi pupuk yang rendah, sehingga pupuk boros

Aktivitas mikroba pada tanah yang rendah pula

Struktur tanah yang kurang baik bahkan bisa merusak akregat tanah

Dan berakhir pada penurunan hasil panen.

Solusi dari beragam masalah tersebut adalah dengan penggunaan pupuk hayati atau organik yang mampu membantu memulihkan keadaan tanah. Telah banyak informasi mengenai pembuatan pupuk organik baik itu yang bersifat cair maupun padat.

Tentu saja ini akan semakin menambah pengetahuan dan referensi dalam membuat pupuk dari berbagai limbah organik di sekitar kita. Salah satu bahan yang akan kita pergunakan adalah jerami padi atau dalam bahasa Jawa disebut damen. Disebut dengan apakah batang padi ini di daerah Anda? Jerami padi atau limbah petanian ini sebaiknya jangan lagi dibuang atau dibakar.

Kita bisa mengolahnya dengan belajar bersama cara membuat pupuk dari jerami padi. Cara pengolahannya sangat sederhana, bahan-bahan yang dibutuhkan pun mudah didapat.

A. Cara Membuat Pupuk dari Jerami Padi          

Persiapan alat dan bahan:                                                                                                                   

Jerami padi, bisa ditambahkan pula dengan limbah pertanian yang lain seperti sisa daun, rumput, atau sisa tanaman lainnya.

Namun hindari menggunakan batang bambu, ranting, kayu, atau tulang ikan. Meskipun bersifat organik, namun bahan-bahan tersebut dikenal susah diolah.

Sabit / parang

Air secukupnya

Larutan E4

Tali

Plastik penutup / terpal multifungsi berukuran 2 m

 Cara pembuatan:

1. Pertama-tama Anda dapat menyiapkan air ke dalam bak atau wadah penampungan berukuran besar. Bersamaan dengan itu, larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan.

2. Aduk-aduk hingga aktivator tercampur rata dengan air.

3. Siapkan cetakan bambu dan pasang cetakan tersebut dengan ukuran yang sesuai atau seperti yang telah kami sampaikan di atas.

Ukuran tersebut tergantung dari banyaknya jerami padi atau bahan-bahan pendamping lainnya.

4. Potong-potong terlebih dahulu jerami dan bahan lainnya mengguanakan parang agar proses pengomposan berjalan dengan mudah.

5. Masukkan satu lapis jerami ke dalam cetakan tersebut (dapat pula ditambahkan kotoran ternak agar kasiat dari pupuk semakin tokcer).

6. Siram aktivator yang telah diencerkan tersebut pada lapisan pertama jerami. Basahi hingga rata.

7. Injak-injak jerami padi agar terasa padat

8. Ulangi dengan menambahkan satu lapisa lagi jerami padi, lalu siram kembali dengan aktivator.

9. Lakukan proses tersebut secara berselang, hingga bahan abis atau cetakan telah penuh.

10. Setelah cetakan penuh, buka cetakan tersebut lalu tutup bakal kompos tersebut dengan menggunakan plastik atau terpal

11. Ikat plastik penutup dengan erat agar tidak mdah terbuka dan mengundang hewan kecil masuk di salamnya

12. Jika perlu letakkan batu pada tiap sisi atau pada bagian atas tutup plastik

13. Proses pengomposan dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan suhu, penurunan volume / ketinggian, serta warna dari jerami padi.

14. Proses ini berlangsung sekurang-kurangnya 1 bulan.

Amati perubahan-perubahan fisik dan kimiawi pada jerami padi berikut ini pada saat proses fermentasi berlangsung.

Suhu pada tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat setelah inkubasi, dan akan mencapai puncaknya pada 60 -- 70 derajat selcius.

Saat suhu meningkat itulah, mikroba akan giat melakukan penguraian atau dekomposisi jerami padi

Volume dari lapisan jerami padi akan menyusut seiring dengan proses dekomposisi tersebut. Penyusutan ini dapat berlangsung hingga 50%.

Apabila selama dua hari proses pengomposan berlangsung tidak ditmukan penyusutan atau pengingkatan suhu, maka dapat dikatakan proses tersebut berlangsung lambat atau gagal sama sekali.

Segera buka tutup plastik dan amati tumpukan jerami padi, apakah terlalu kering? Atau justeru terlalu basah? Adakah tercium bau kurang sedap? Suhunya meningkat atau dingin?

Jika tumpukan jerami padi kering, maka tambahkan air secukupnya dan lakukan pembalikan

Jika tumpukan jerami padi terlalu basah dan berbau menyengat, maka lakukan pembalikan atau bisa juga ditambahkan bilah-bilah bambu di dalamnya

Pupuk kompos yang sudah matang mempunyai ciri:

Warna jerami cokelat kehitaman

Tekstur lunak

Suhu pengomposan sudah kembali seperti suhu awal pengomposan

Volume menyusut

Tidak lagi berbau menyengat

Cara membuat pupuk kompos dari jerami padi ini memberi pelajaran pada kita untuk memanfaatkan limbah organik di sekitar kita untuk dijadikan sesuatu yang lebih bernilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun