Mohon tunggu...
Yuda Rian Bahari
Yuda Rian Bahari Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ancaman Kepunahan Budaya Nasional di Tengah Peradaban Modern

20 Maret 2019   21:25 Diperbarui: 4 Juli 2021   04:54 6637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka terbuai oleh kehidupan modern dan mulai melupakan nilai-nilai yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Sebagai contoh yaitu penggunaan bahasa Indonesia, jika kita cermati hampir seluruh kebudayaan barat kita tiru, seperti perilaku, kesukaan, kesenangan, liburan dan lain-lain sebagian besar mengikuti dan memilih budaya barat. 

Apalagi pada saat ini masyarakat Indonesia khususnya para pelajar seperti dituntut harus mampu menggunakan bahasa inggris, bukan hanya para pelajar namun orang-orang dewasa yang telah bekerja yang belum bisa berbahasa inggris telah mulai belajar atau kursus berbahasa inggris. Jika dari mulai anak-anak sampai dengan orang-orang dewasa di Indonesia mulai menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-hari, lantas siapa yang akan menggunakan bahasa Indonesia dikemudian hari.

Baca juga : Acara Perpisahan Kelas IX SMP Negeri 1 Lingga Utara Ikut Melestarikan Budaya Nasional

Berdasarkan statistik kebudayaan tahun 2017 jumlah kesenian yang akan punah mencapai angka 143, jumlah tersebut terdiri atas seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater, sastra serta kesenian lainnya. Selain itu, jika dilihat dari statistik kebudayaan tahun 2018 jumlah bahasa daerah yang akan punah mencapai angka 34 bahasa daerah. 

Kepunahan budaya tersebut seharusnya tidak terjadi apabila negara mampu menegakan konstitusi secara utuh. Pada pasal 32 ayat 1 dan 2 UUD 1945, tertera sebuah amanat yang menyatakan pemerintah berkewajiban memajukan kebudayaan nasional ditengah peradaban dunia. 

Selain pemerintah, masyarakat juga seharusnya menjadi pihak yang ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan budaya nasional dan lokal dari globalisasi, terlebih sentimen mempertahankan budaya lokal sering kali identik dengan sifat gengsi dan malu yang dirasakan masyarakat saat ini.

Maka dari itu, kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa ini sudah seharusnya turut serta dalam proses pelestarian kebudayaan negara kita. 

Marilah hal tersebut kita laksanakan dari hal-hal yang sederhana, seperti mulai menggunakan bahasa daerah kita dalam kehidupan sehari-hari, ikut meramaikan festival-festival budaya yang ada disekitar kita, dan yang paling penting jangan termakan gengsi dan malu dalam mempertahankan budaya lokal, karena jika bukan kita, siapa lagi?!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun