Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Konspirasi Di Balik Kotak Suara KPU (Bagian 9 dan Bagian 10)

3 Februari 2025   17:15 Diperbarui: 3 Februari 2025   16:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu kemudian, saat rapat besar di KPU Provinsi digelar, Dita tiba dengan informasi yang tidak terduga. Ia tidak hanya membawa bukti-bukti manipulasi yang terjadi selama pemilu, tetapi juga rekaman percakapan yang menunjukkan peran Arya dalam konspirasi besar tersebut. Ia memiliki kekuatan untuk mengungkapkan segalanya.

Namun, sesuatu terjadi saat Dita berdiri di hadapan rapat, siap untuk mengungkapkan segalanya. Tiba-tiba, seorang anggota KPU Provinsi yang tampaknya tidak begitu menonjol, Sri, berdiri dan berkata dengan suara tegas:

"Dita, aku tahu kamu merasa ini adalah pilihan yang benar. Tapi, jika kamu membeberkan semua bukti ini, kamu akan membuka pintu untuk sesuatu yang lebih besar dari yang kamu bayangkan. Kami semua terjebak dalam permainan ini, termasuk kamu. Tidak ada yang bisa keluar begitu saja."

Dita menatap Sri dengan mata terbuka lebar. "Apa maksudmu?"

Sri menghela napas panjang. "Aku adalah bagian dari jaringan ini, Dita. Aku diberi pilihan untuk ikut atau dihancurkan. Tapi, aku sudah mengambil keputusan. Jika kamu mengungkapkan semuanya, kamu akan menghancurkan dirimu sendiri dan semuanya yang telah kita bangun di sini. Terkadang, ada keputusan yang harus kita buat demi kelangsungan hidup, meskipun itu mengorbankan prinsip."

Dita merasa dunia seakan runtuh di hadapannya. Sri? Bagaimana bisa? Ia adalah sosok yang selama ini ia percayai. Namun, Dita tahu satu hal pasti---ia tidak bisa mundur sekarang.

Dengan napas yang dalam, Dita akhirnya berkata, "Jika ini jalan yang harus saya pilih, maka saya akan menghadapi konsekuensinya. Tapi saya tidak akan diam. Pemilu yang jujur dan adil adalah harga yang harus dibayar, dan saya siap bertarung untuk itu."

Di luar gedung KPU Provinsi, angin malam berhembus dingin. Dita tahu, keputusan yang ia ambil akan mengubah segalanya. Kini, ia tidak hanya berjuang melawan kekuatan besar yang tersembunyi, tetapi juga melawan kenyataan bahwa dalam dunia ini, bahkan orang yang kita percayai bisa menjadi musuh terbesar kita.

Tapi Dita tidak takut lagi. Jika ia harus berjuang seorang diri, maka itulah yang akan ia lakukan.

Keputusan Dita untuk melawan kekuatan besar yang berusaha mengendalikan KPU Provinsi bukanlah keputusan yang mudah. Setelah percakapan dengan Sri, dunia seakan berputar lebih cepat. Ia merasa semakin terperangkap dalam permainan besar yang tak ia duga, dan kini, semua langkahnya harus dihitung dengan cermat. Dita tahu, jika ia melangkah salah, konsekuensinya bisa sangat fatal---baik bagi dirinya maupun bagi kepercayaan rakyat terhadap pemilu.

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan ketegangan. Dita menjadi semakin waspada terhadap setiap orang di sekitarnya. Sumber daya yang ia miliki terbatas, namun keberanian untuk mengungkapkan kebenaran semakin kuat dalam dirinya. Ia menyadari, meski harus menghadapi konspirasi besar, ada banyak orang di luar sana yang mendukungnya, meski tidak langsung terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun