Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Langkah Menuju Komisioner

21 Januari 2025   14:30 Diperbarui: 21 Januari 2025   18:59 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kbbi.lektur.id/komisioner

Ariani duduk di meja kerjanya, menatap berkas-berkas yang berserakan di depannya. Setiap lembar kertas itu berisi laporan, peraturan, dan rekomendasi terkait tugas-tugas yang selama ini dia jalani sebagai seorang birokrat di pemerintahan. Sejak beberapa bulan lalu, pikirannya terus menerus terganggu oleh satu hal: peluang untuk menjadi Komisioner di salah satu lembaga negara yang dia impikan.

Sebagai seorang pegawai negeri sipil yang sudah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun, Ariani merasa sudah cukup berpengalaman dalam dunia administrasi dan pengambilan keputusan. Namun, jabatan yang lebih tinggi, seperti Komisioner, adalah mimpi yang seakan jauh di luar jangkauan. Banyak orang di sekitarnya yang menyarankan untuk tetap berada di zona nyaman, menikmati jabatan yang stabil dan aman. Tetapi, Ariani tahu, dalam hatinya, dia menginginkan lebih.

Beberapa tahun terakhir, dia merasa seperti ada yang hilang. Bekerja dalam rutinitas yang sama setiap hari tidak memberinya rasa pencapaian yang berarti. Ia ingin berbuat lebih banyak, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk bangsa dan negara. Ariani ingin berkontribusi dalam cara yang lebih besar, yang memiliki dampak nyata bagi masyarakat.

Suatu pagi, dia mendapat kabar bahwa ada lowongan untuk posisi Komisioner di salah satu lembaga negara yang selama ini dia kagumi. Lowongan itu datang dengan segala tantangan, persyaratan yang ketat, dan proses seleksi yang panjang. Namun, di hati Ariani, peluang itu seperti secercah cahaya di tengah kegelapan yang membelenggu.

Dengan semangat yang membara, Ariani mulai menyiapkan segala yang diperlukan. Ia menyusun CV dengan cermat, menulis esai tentang visi-misinya, dan mempersiapkan diri untuk wawancara yang akan menjadi ujian sejatinya. Setiap malam, setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia meluangkan waktu untuk membaca buku-buku tentang kepemimpinan, integritas, dan visi lembaga yang ingin ia masuki.

Namun, perjalanan menuju seleksi tidak semudah yang dibayangkan. Pada tahap awal, banyak kompetitor yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi dan pengalaman yang lebih luas. Ariani merasa cemas dan mulai meragukan dirinya. Ada momen-momen ketika ia hampir menyerah, merasa bahwa semua usahanya sia-sia.

Suatu hari, saat sedang duduk di ruang tamu rumahnya, Ariani menerima telepon dari seorang mentor yang sudah lama ia hormati, Pak Hadi, seorang mantan pejabat yang kini menjadi konsultan publik. "Ariani, kamu harus percaya pada dirimu sendiri," kata Pak Hadi, "Jangan biarkan perasaan takut dan keraguan menghalangi jalanmu. Kamu sudah bekerja keras, dan kamu punya potensi besar. Ingat, menjadi seorang pemimpin itu bukan soal seberapa banyak yang kita punya, tapi bagaimana kita bisa membuat perbedaan dengan apa yang kita punya."

Kata-kata Pak Hadi menyentuh hatinya. Ariani merasa seolah mendapatkan kembali semangat yang sempat hilang. Ia kembali memusatkan perhatian pada tujuan utamanya, tidak hanya fokus pada kekurangan yang ia rasakan, tetapi pada kelebihan yang bisa ia tawarkan.

Ariani pun melanjutkan persiapannya dengan lebih giat. Ia menghadapi wawancara dengan percaya diri, menjelaskan dengan jelas visi dan misinya untuk lembaga yang ia lamar, serta menunjukkan komitmennya terhadap transparansi, akuntabilitas, dan keadilan. Ia tahu bahwa tugas sebagai Komisioner bukanlah hal yang ringan, tetapi ia siap menerima tantangan itu.

Setelah beberapa minggu menunggu hasil seleksi, akhirnya keputusan diumumkan. Ariani duduk di ruang tamunya, bersama keluarganya yang penuh harap. Ketika nama Ariani disebut sebagai salah satu yang terpilih, hatinya berdegup kencang. Semua rasa cemas, usaha, dan pengorbanan yang ia lakukan selama ini akhirnya terbayar. Air mata haru mengalir di pipinya, dan ia bisa merasakan kebanggaan yang luar biasa.

Perjalanan menuju posisi Komisioner ini tidaklah mudah. Ariani harus melewati banyak tantangan, baik dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungan sekitar. Namun, dengan tekad yang kuat, keyakinan pada diri sendiri, dan dukungan dari orang-orang yang peduli, ia berhasil mencapai tujuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun