Di tepi malam yang sunyi, aku berdiri
Membawa serpihan mimpi yang pernah berseri
Langit pernah jadi saksi harapan yang menjulang
Namun kini terbungkus kelam, hilang dalam bayang
Ada tangan yang merenggut tanpa ragu
Ambisi menggema, menggulung seperti ombak pilu
Ia melangkah tanpa menoleh, tanpa sadar
Bahwa mimpi ini adalah jantung yang berdetak sabar
Aku memeluk hening, mencoba mengerti
Bagaimana impian dihancurkan demi ambisi
Apakah dunia ini hanya panggung kuasa
Hingga hati tak lagi punya suara?
Namun, di balik reruntuhan asa yang terluka
Ada bara kecil, enggan padam dalam sukma
Meski mereka merebut mentari dari cakrawala
Aku tetap percaya, pagi akan kembali menyapa
Untukmu yang berlari mengejar tahta
Ingatlah, langkahmu menginjak mimpi yang nyata
Karena impian adalah hidup bagi yang percaya
Dan kehampaan menunggu mereka yang lupa
Biar malam ini kulipat kesedihan
Kubangun mimpi baru dari reruntuhan
Sebab meski terenggut oleh ambisi fana
Aku tahu, harapan selalu ada di dada
Lingga Hotel, 19 Januari 2025. Untukmu sahabatku, teruslah melangkah melangkah jangan pernah menyerah selama mimpi itu ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H