Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ku Masih Berdiri Di Sini

20 Januari 2025   08:00 Diperbarui: 20 Januari 2025   07:30 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tepi malam yang sunyi, aku berdiri
Membawa serpihan mimpi yang pernah berseri
Langit pernah jadi saksi harapan yang menjulang
Namun kini terbungkus kelam, hilang dalam bayang

Ada tangan yang merenggut tanpa ragu
Ambisi menggema, menggulung seperti ombak pilu
Ia melangkah tanpa menoleh, tanpa sadar
Bahwa mimpi ini adalah jantung yang berdetak sabar

Aku memeluk hening, mencoba mengerti
Bagaimana impian dihancurkan demi ambisi
Apakah dunia ini hanya panggung kuasa
Hingga hati tak lagi punya suara?

Namun, di balik reruntuhan asa yang terluka
Ada bara kecil, enggan padam dalam sukma
Meski mereka merebut mentari dari cakrawala
Aku tetap percaya, pagi akan kembali menyapa

Untukmu yang berlari mengejar tahta
Ingatlah, langkahmu menginjak mimpi yang nyata
Karena impian adalah hidup bagi yang percaya
Dan kehampaan menunggu mereka yang lupa

Biar malam ini kulipat kesedihan
Kubangun mimpi baru dari reruntuhan
Sebab meski terenggut oleh ambisi fana
Aku tahu, harapan selalu ada di dada

Lingga Hotel, 19 Januari 2025. Untukmu sahabatku, teruslah melangkah melangkah jangan pernah menyerah selama mimpi itu ada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun