Mohon tunggu...
Yuda MuhammadRizqi
Yuda MuhammadRizqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kuliah

saya adalah Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemikiran Muhammad Abduh

26 Desember 2024   14:37 Diperbarui: 26 Desember 2024   14:38 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biodata & Pemikiran Islam Modern Muhammad Abduh : Integrasi Agama, Akal, dan Kemajuan Zaman

Artikel ini membahas tentang biodata dan pemikiran tokoh pemikiran pembaruan Islam yang di pelopori oleh Muhammad Abduh. Mengutip dari buku " Pemikiran Islan Muhammad Abduh"  yang berjudul " Sebuah Tafsiran Pembaruan " yang di buat oleh Munasir, M. S. Sebagai sumber referensi artikel yang saya buat ini.

Muhammad Abduh (1849-1905) adalah seorang ulama, reformis, dan pemikir Islam yang berasal dari Mesir, dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam gerakan pembaruan Islam modern. Ia lahir pada 9 Oktober 1849 di desa Mahallat al-Kubra, Mesir, dalam keluarga yang sederhana namun sangat menghargai pendidikan. Sejak kecil, Abduh sudah menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap ilmu agama dan pengetahuan.

Abduh melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar, Mesir, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam paling terkenal. Di sana, ia mempelajari berbagai disiplin ilmu agama seperti tafsir, hadis, fiqh, dan lain-lain. Namun, Abduh juga tertarik dengan pemikiran rasional dan ilmu pengetahuan Barat, yang sangat memengaruhi pandangan modernismenya. Ia terinspirasi oleh banyak pemikir Barat seperti Réné Descartes dan John Stuart Mill, yang mengajarkan pentingnya rasionalisme, kebebasan berpikir, dan reformasi sosial.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Abduh menjadi seorang pengajar dan mulai mengembangkan pemikirannya mengenai Islam yang lebih rasional dan terbuka. Pada awal abad ke-20, ia bersama sahabat dan muridnya, Rashid Rida, mendirikan majalah al-Manar, yang menjadi wadah untuk menyebarkan ide-ide reformisnya. Dalam tulisan-tulisannya, Abduh mengkritik tradisionalisme yang menghambat kemajuan umat Islam dan menyerukan pentingnya pembaruan dalam bidang pendidikan, sosial, dan politik.

Abduh berpendapat bahwa Islam tidak bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bahwa pemahaman agama harus selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Salah satu karya penting Abduh adalah tafsir al-Manar, yang ditulis bersama Rashid Rida, yang mencoba memberikan tafsir Al-Qur’an dengan pendekatan rasional dan ilmiah.

Selain kontribusinya dalam bidang intelektual, Abduh juga aktif dalam mendukung reformasi sosial dan pendidikan di Mesir. Ia mendorong sistem pendidikan yang menggabungkan ilmu agama dan pengetahuan umum. Dalam bidang politik, Abduh memperjuangkan penerapan prinsip-prinsip keadilan, kebebasan, dan musyawarah dalam pemerintahan.

Muhammad Abduh meninggal pada 11 Juli 1905 di Beirut, namun pemikirannya terus berpengaruh dalam perkembangan Islam modern hingga sekarang.

Pemikiran Muhammad Abduh tentang Islam modern dapat disatukan dalam satu gagasan besar yang menekankan pada pentingnya integrasi antara ajaran agama Islam dengan rasionalitas, ilmu pengetahuan, dan tuntutan zaman. Menurut Abduh, Islam bukanlah agama yang terpisah dari perkembangan dunia modern, melainkan agama yang dinamis dan relevan untuk segala zaman, yang mengharuskan umat Islam untuk berpikir kritis, rasional, dan terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangan sosial-politik yang ada.

Abduh mengusung pandangan bahwa pemahaman terhadap teks-teks agama, baik Al-Qur’an maupun Hadis, harus dilakukan dengan pendekatan rasional dan kontekstual. Ia menolak penafsiran tekstual dan dogmatis yang membelenggu pemikiran umat Islam, yang mengarah pada praktik keagamaan yang kaku dan tidak relevan dengan perubahan zaman. Menurutnya, wahyu Tuhan dan akal manusia tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi. Al-Qur’an, sebagai wahyu yang diturunkan untuk umat manusia, harus dipahami secara kontekstual, dengan mempertimbangkan perkembangan ilmu pengetahuan dan realitas sosial yang ada. Tafsir yang dilakukan dengan pendekatan rasional adalah cara untuk mewujudkan pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan zaman modern.

Abduh juga menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana utama untuk membawa umat Islam keluar dari keterbelakangan. Ia mengusulkan sistem pendidikan yang menggabungkan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum. Pendidikan menurut Abduh harus berfungsi sebagai alat untuk memperluas wawasan intelektual, membentuk karakter moral, dan membekali umat Islam dengan keterampilan ilmiah yang diperlukan untuk bersaing di dunia modern. Dalam pandangannya, pendidikan harus mencetak generasi yang tidak hanya taat secara agama, tetapi juga cerdas dan mampu beradaptasi dengan perubahan dunia yang semakin cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun