Pada era modern manusia telah nyaman dengan energi yang digunakan setiap hari, tanpa disadari oleh beberapa pihak sebenarnya energi memiliki jumlah yang terbatas. Bahkan dalam penggunaannya dapat mengancam lingkungan yang berdampak dalam terlahirnya bencana yang menghancurkan bumi yang kita tinggali. Seperti contohnya ialah pemanasan global yang merupakan linear dari pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehari-hari.
Penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil menghasilkan emisi hasil pembakaran yang berupa polutan, dengan secara langsung hal ini mendukung hadirnya pemanasan global, Â beberapa jenis polutan yang dihasilkan contoh diantaranya CO2, CO, NOX, SOX, Pb dan zat berbahaya lainnya.
Polutan di udara yang ada belakangan ini secara garis besar merupakan ulah dari manusia, yang berimplikasi pada kesehatan setiap kehidupan manusia terancam terutama anak-anak yang memiliki kekebalan tubuh yang rawan dengan udara yang buruk. Hal ini yang menyebabkan mendorong energi terbarukan yang selain merupakan pengganti dari energi fosil juga harus energi yang ramah terhadap lingkungan untuk hadir.
Agar bumi yang kita tinggali dapat lebih baik lagi, maka sudah saatnya kita harus bisa beralih ke teknologi baru yang juga ramah terhadap lingkungan. Ketergantungan terhadap energi yang dapat habis juga perlu diwaspadai dengan mencari sumber energi yang dapat diperbaharui dalam jangka waktu yang pendek.
Energi yang berasal dari fosil merupakan hasil dari pada timbunan jutaan tahun, menjadikan jumlahnya menjadi terbatas. Sehingga energi berkelanjutan merupakan pilihan utama dalam menghadapi energi yang suatu saat dapat habis atau disebut juga dengan istilah Renewable energy.
Sumber energi baru dan terbarukan tidak hanya memiliki andil untuk dapat mengganti energi terdahulu yang dapat habis, akan tetapi juga harus mampu tidak mencemari lingkungan (Clean Energy). Seperti contoh pada energi listrik, dalam menghasilkan energi tersebut dapat merupakan hasil dari beberapa sumber energi seperti contohnya Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) gas, biofuel, uap, surya dan yang lainnya.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), menghasilkan uap dari pada pembakaran batu bara, hal ini merupakan contoh dari pada energi penghasil listrik yang tidak terbarukan dan juga tidak ramah dengan lingkungan yang ada. Batu bara yang di gunakan berasal dari fosil sehingga dapat habis dan hasil pembakarannya pun menghasilkan polusi udara hal ini sama halnya dengan Pembangkit listrik tenaga Gas alam (PLTG).
Lalu pada penghasil energi listrik lainnya seperti Pembangkit listrik tenaga Biofuel atau bio massa merupakan energi yang dihasilkan dari pada pembakaran kayu, sampah dan sisa-sisa mahluk hidup sehingga jumlahnya banyak dan berlimpah pada saat ini. Akan tetapi penggunaannya tidak ramah lingkungan karena menghasilkan gas emisi CO2. Sehingga energi ini merupakan terbarukan akan tetapi tidak ramah lingkungan.
PLT yang digunakan di Indonesia sendiri saat ini banyak mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang penggunaannya sudah cukup baik karena mengandalkan energi kinetik dari air yang jatuh karena gaya gravitasi bumi, sehingga energi ini ramah dengan lingkungan yang ada karena tidak menghasilkan polutan.
Yang dikhawatirkan dari pada energi ini memiliki kendala sehingga tidak dapat dipergunakan lagi seperti contohnya musim kemarau yang berkepanjangan di Indonesia menjadikan pasokan air ke waduk tidak memenuhi kebutuhan untuk menghasilkan energi listrik. Energi alternatif merupakan pilihan utama dalam mengatasi permasalahan ini.
Energi alternatif yang terbarukan dan juga ramah lingkungan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan alternatif pilihan karena penggunaannya yang mudah dan juga aman untuk digunakan di masyarakat, akan tetapi hal ini bukan tanpa kendala dikarenakan matahari yang hanya muncul pada ketika pagi hari sampai petang dan cuaca menjadi penentu penyerapan dari pada energi bersumber matahari ini.
Hal ini yang mengharuskan PLTS memiliki penyimpanan energi agar dapat mengambil sebesar-besarnya energi pada saat matahari bersinar. Baterai dengan penyimpanan energi listrik yang besar diperlukan dalam pembuatan PLTS ini, dengan hadirnya penyimpanan energi ini dianggap menjadi solusi dari pada permasalahan yang ada.
Didorong dengan harga panel surya yang setiap tahunnya semakin menurun dan juga penyimpanan energi yang baru berupa baterai yang dibuat melalui kombinasi antara Magnesium dan larutan garam Antimoni (Sb) terhitung memiliki harga yang murah pula dikarenakan bahan bakunya yang berlimpah di alam yang diberi nama baterai ambri.
Menjadikan energi alternatif ini laik untuk dipergunakan di Indonesia bila dibandingkan dengan PLT lain yang memiliki resiko pencemaran lingkungan dan juga harga yang relatif mahal. PLT tenaga angin dinilai belum menjadi alternatif dikarenakan harga turbin yang memiliki permasalahan dari segi biaya yang mahal dalam pembuatannya secara masal.
Sementara itu pada PLT panas bumi atau dikenal juga dengan PLT geothermalterhitung memiliki biaya yang mahal selain itu juga izin dari pada pembangunannya yang cukup sulit walaupun Indonesia dilalui oleh ring of fireatau cincin api secara letak geografis masalah yang timbul antara lain biasanya kawasan tersebut merupakan konservasi dan memiliki tingkat resiko kegagalan yang tinggi yaitu 50%.
Masyarakat yang sadar dengan lingkungan serta didukung dengan banyak konfersi tingkat dunia, menjadikan komitmen berbagai negara untuk mengurangi penggunaan dari energi fosil dan harus beralih ke energi renewable & clean energy. Menjadikan energi PLTS sebagai pilihan alternatif penghasil energi listrik yang terbarukan dan ramah lingkungan selain penggunaan PLTA yang sudah banyak di gunakan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H